Identifikasi
Kebutuhan Belajar Masyarakat Karimun Jawa
Sebagai Laporan Mata Kuliah
Asesmen Kebutuhan Belajar
Nama : Azharuly Nafisadilah
NIM : 1201412061
Prodi : Pendidikan Luar Sekolah
Dosen
Pengampu : 1. Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd
2. Hendra
Dedi, S.Pd
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH / FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa
yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan
±110.000 hektare, Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona
wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun
mancanegara.
Berdasarkan legenda yang beredar di
kepulauan, Pulau Karimunjawa ditemukan oleh Sunan Muria.
Legenda itu berkisah tentang Sunan Muria
yang prihatin atas kenakalan putranya, Amir Hasan. Dengan maksud mendidik, Sunan Muria
kemudian memerintahkan putranya untuk pergi ke sebuah pulau yang nampak "kremun-kremun"
(kabur) dari puncak Gunung Muria agar si anak dapat memperdalam dan
mengembangkan ilmu agamanya. Karena tampak "kremun-kremun"
maka dinamakanlah pulau tersebut Pulau Karimun.
Karimunjawa berpenduduk lebih dari 8.000 jiwa di lima pulau yang
berpenghuni. Tiga suku utama yang menghuni Karimunjawa
adalah suku Jawa
yang bertani dan memproduksi alat kebutuhan rumah tangga, suku Bugis
yang adalah pelaut andal sehingga berprofesi sebagai nelayan, dan suku Madura
yang juga berprofesi sebagai nelayan tetapi memiliki kelebihan membuat ikan
kering.
Pendidikan di Karimunjawa sudah
menjangkau sampai tingkat SMU.
Selain memiliki sekitar 10 SD
(lima di Karimun, tiga di Kemujan dan masing-masing satu di Parang dan
Genting), Karimunjawa
juga memiliki satu SMP,
Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMK Negeri jurusan
Budidaya Rumput Laut serta Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan yang merupakan
sekolah gratis, serta satu Madrasah
Aliyah di Kemujan.
B. Tujuan
1. Untuk
menambah pengalaman para mahasiswa.
2. Menambah
wawasan mahasiswa dalam berbagai hal khususnya dalam menentukan kebutuhan
pendidikan masyarakat di Karimunjawa.
BAB
II
PEMBAHASAN
PUSAT
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (P2PAUDNI) Regional
2 Semarang tengah mengembangkan PAUD kawasan khusus, terpencil, dan pulau
terluar di Indonesia. Di Jateng, Karimunjawa menjadi proyek percontohannya.
Menurut
Kepala P2PAUDNI Regional 2 Semarang, Dr Ade Kusmiadi MPd, lembaganya akan
mengaktualisasikan masyarakat di gugusan pulau terluar sehingga mendapatkan akses
pendidikan yang memadai. Dengan pemetaan wilayah akan diketahui berbagai
persoalan yang dihadapi masyarakat. Terutama terkait dengan layanan pendidikan
dan pemberdayaan masyarakat setempat. Di samping ingin mengetahui potensi
wilayah tersebut. Berapa banyak warga yang memperoleh akses pendidikan dan
berapa banyak yang tidak. Kemudian dicari akar masalahnya karena hal ini
berkaitan dengan jumlah pengangguran dan yang sudah bekerja di sektor
nonformal.
Sebenarnya
masyarakat di kepulauan terluar itu adalah orang-orang yang kuat dan mampu
bertahan hidup dengan segala keterbatasan. Namun akan lebih baik lagi tingkat
kehidupan mereka jika ada yang mengarahkan.
Salah
satu yang tengah di garap saat ini adalah anak-anak. Mereka adalah generasi
penerus yang harus mendapatkan pendidikan yang tepat. Dengan pemetaan wilayah,
sudah ada gambaran untuk membuat pengembangan model pendidikan PAUD yang tepat
bagi masyarakat Karimunjawa.
Sementara
itu Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Jepara, M Zahid MPd menegaskan,
pihaknya tetap memprioritaskan pendidikan pendukung termasuk PAUD. Menurut dia,
begitu pentingnya pendidikan nonformal termasuk PAUD dan Pemkab Jepara juga
mengalokasikan dana yang tidak sedikit jumlahnya.
Untuk
mendukung program tersebut, Pemkab Jepara mengalokasikan anggaran Rp 971
miliar, melalui APBD dan masih ditambah lagi anggaran dari APBN sebesar 121
miliar rupiah. Dan untuk merealisasikan dukungan itu, Pemkab Jepara juga
memfokuskan pada pendidikan berbasis regional Jepara. Apalagi masih banyak
potensi yang masih perlu digali dan ditingkatkan.
Camat
Karimunjawa, Nuryanto menyambut baik langkah yang diambil oleh P2PAUDI Regional
2 Semarang. Dia menambahkan, di wilayah kerjanya lebih dari seribu anak usia
dini yang butuh sentuhan P2PAUDNI. Akademisi dari Unnes Prof Dr Tri joko
Raharjo yang ikut dalam pemetaan wilayah menyatakan agar P2PUDNI segera
mengambil langkah untuk melaksanakan program tersebut.
Berikut
ini data – data yang menyangkut Pendidikan Anak Usia Dini di Kepulauan
Karimunjawa :
|
Daya
Tampung Layanan PAUD di Karimunjawa
No
|
Lokasi/Pulau
|
TK/RA
|
Paud Nonformal
|
||
0-2 Th
|
2-4 Th
|
4-6 Th
|
|||
1
|
Karimunjawa
|
60
|
-
|
40
|
-
|
2
|
Kemujan
|
25
|
-
|
20
|
20
|
3
|
Parang
|
25
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Nyamuk
|
25
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Genting
|
0
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
135
|
0
|
60
|
20
|
Data Anak Usia Dini di Karimunjawa
No
|
Lokasi/Pulau
|
Kelompok Usia/Tahun
|
Keterangan
|
|||
0-2
|
2-4
|
4-6
|
Jumlah
|
|||
1
|
Karimunjawa
|
95
|
84
|
56
|
235
|
-Anak usia dini terfokus pada
area tertentu dengan kelompok usia yg beragam.
-kampung lg. Boyo sangat
terpencil dg jml anak ckp banyak tapi variasi usia tidak sebaya.
|
2
|
Kemujuan
|
76
|
66
|
45
|
187
|
|
3
|
Parang
|
48
|
42
|
28
|
118
|
|
4
|
Nyamuk
|
29
|
26
|
17
|
72
|
|
5
|
Genting
|
19
|
17
|
11
|
47
|
|
jumlah
|
267
|
235
|
157
|
659
|
Banyaknya
Peserta Didik PAUD Formal dan Normal
No
|
Lokasi/Pulau
|
TK/RA
|
Paud Nonformal
|
||
0-2 Th
|
2-4 Th
|
4-6 Th
|
|||
1
|
Karimunjawa
|
56
|
-
|
42
|
-
|
2
|
Kemujan+lg. lele
|
25
|
-
|
20
|
20
|
3
|
Parang
|
28
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Nyamuk
|
17
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Genting
|
0
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
168
|
0
|
62
|
20
|
Nilai
Daya Tampung Layanan PAUD di Karimmun jawa
No
|
Kelompok AUD
|
Jumlah AUD
|
Jumlah DT
|
Prosentase
|
1.
|
0-2 Tahun
|
267
|
0
|
0
|
2.
|
2-4 Tahun
|
235
|
60
|
25,53 %
|
3.
|
4-6 tahun
|
157
|
105
|
66,88 %
|
No
|
Status Pendidik
|
Jumlah Orang
|
Ijazah Terakhir
|
Sertifikat
|
||
S1
|
DII
|
SMA
|
||||
1.
|
Guru
|
2
|
1
|
1
|
-
|
-
|
2.
|
Guru Pendamping
|
2
|
-
|
1
|
1
|
-
|
3.
|
Pengasuh
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
4.
|
Calon Pendidik
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
6
|
1
|
2
|
3
|
-
|
Permasalahan dalam Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran :
·
Kualifikasi
ijazah guru belum memenuhi standar.
·
Semua
guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
·
Kurang
memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
·
Kurang
memahami karakteristik anak.
·
Kurang
memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
·
Banyaknya
alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.
Permasalahan dalam Merintis Penyelenggaraan Program PAUD Baru Jalur
Pendidikan Nonformal :
·
Anak
usia dini terfokus pada area tertentu.
·
Pada
area tertentu tingkatan usia anak sangat bervariasi sehingga menyulitkan
pengelompokan dalam membentuk kegiatan layanan.
·
Di
Kampung Legong Boyo dan Alang-alang serata
beberapa tempat lainnya terdapat
anak usia dini yang cukup untuk membentuk kelompok kegiatan layanan baru tetapi
letaknya sangat terpencil dan tidak didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik
yang memadai.
·
Keterbatasan
daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk
membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang
mencukupi.
·
PAUD
belum populer di kalangan masyarakat khususnya di Pulau Genting.
·
Pada
dasarnya masyarakat Pulau Genting setuju jika dibuka program PAUD baru namun
kendala utama yang dihadapi adalah kekurangfahaman prosedur perintisan dan
minimnya sosialisasi program PAUD nonformal.
·
Fakta
lain menunjukkan bahwa hanya 8% dari responden di Pulau Genting yang mengetahui
prosedur penyelenggaraan PAUD.
Daftar Pustaka
(27/06/2013 pukul 12;44)
(27/06/2013 pukul 12;46)
Kundori: SELAYANG PANDANG Pulau Pasinaon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar