Selasa, 02 Juli 2013

laporan Azharuly Nafisadilah 1201412061



 Identifikasi Kebutuhan Belajar Masyarakat Karimun Jawa
Sebagai Laporan Mata Kuliah Asesmen Kebutuhan Belajar


Nama                      : Azharuly Nafisadilah
NIM                                    : 1201412061
Prodi                       : Pendidikan Luar Sekolah
Dosen Pengampu    : 1.  Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd
                                  2.  Hendra Dedi, S.Pd

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH / FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara.
Berdasarkan legenda yang beredar di kepulauan, Pulau Karimunjawa ditemukan oleh Sunan Muria. Legenda itu berkisah tentang Sunan Muria yang prihatin atas kenakalan putranya, Amir Hasan. Dengan maksud mendidik, Sunan Muria kemudian memerintahkan putranya untuk pergi ke sebuah pulau yang nampak "kremun-kremun" (kabur) dari puncak Gunung Muria agar si anak dapat memperdalam dan mengembangkan ilmu agamanya. Karena tampak "kremun-kremun" maka dinamakanlah pulau tersebut Pulau Karimun.
Karimunjawa berpenduduk lebih dari 8.000 jiwa di lima pulau yang berpenghuni. Tiga suku utama yang menghuni Karimunjawa adalah suku Jawa yang bertani dan memproduksi alat kebutuhan rumah tangga, suku Bugis yang adalah pelaut andal sehingga berprofesi sebagai nelayan, dan suku Madura yang juga berprofesi sebagai nelayan tetapi memiliki kelebihan membuat ikan kering.
Pendidikan di Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU. Selain memiliki sekitar 10 SD (lima di Karimun, tiga di Kemujan dan masing-masing satu di Parang dan Genting), Karimunjawa juga memiliki satu SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMK Negeri jurusan Budidaya Rumput Laut serta Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan yang merupakan sekolah gratis, serta satu Madrasah Aliyah di Kemujan.
B.  Tujuan
1.      Untuk menambah pengalaman para mahasiswa.
2.      Menambah wawasan mahasiswa dalam berbagai hal khususnya dalam menentukan kebutuhan pendidikan masyarakat di Karimunjawa.





BAB II
PEMBAHASAN
PUSAT Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (P2PAUDNI) Regional 2 Semarang tengah mengembangkan PAUD kawasan khusus, terpencil, dan pulau terluar di Indonesia. Di Jateng, Karimunjawa menjadi proyek percontohannya.
Menurut Kepala P2PAUDNI Regional 2 Semarang, Dr Ade Kusmiadi MPd, lembaganya akan mengaktualisasikan masyarakat di gugusan pulau terluar sehingga mendapatkan akses pendidikan yang memadai. Dengan pemetaan wilayah akan diketahui berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Terutama terkait dengan layanan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat setempat. Di samping ingin mengetahui potensi wilayah tersebut. Berapa banyak warga yang memperoleh akses pendidikan dan berapa banyak yang tidak. Kemudian dicari akar masalahnya karena hal ini berkaitan dengan jumlah pengangguran dan yang sudah bekerja di sektor nonformal.
Sebenarnya masyarakat di kepulauan terluar itu adalah orang-orang yang kuat dan mampu bertahan hidup dengan segala keterbatasan. Namun akan lebih baik lagi tingkat kehidupan mereka jika ada yang mengarahkan.
Salah satu yang tengah di garap saat ini adalah anak-anak. Mereka adalah generasi penerus yang harus mendapatkan pendidikan yang tepat. Dengan pemetaan wilayah, sudah ada gambaran untuk membuat pengembangan model pendidikan PAUD yang tepat bagi masyarakat Karimunjawa.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Jepara, M Zahid MPd menegaskan, pihaknya tetap memprioritaskan pendidikan pendukung termasuk PAUD. Menurut dia, begitu pentingnya pendidikan nonformal termasuk PAUD dan Pemkab Jepara juga mengalokasikan dana yang tidak sedikit jumlahnya.
Untuk mendukung program tersebut, Pemkab Jepara mengalokasikan anggaran Rp 971 miliar, melalui APBD dan masih ditambah lagi anggaran dari APBN sebesar 121 miliar rupiah. Dan untuk merealisasikan dukungan itu, Pemkab Jepara juga memfokuskan pada pendidikan berbasis regional Jepara. Apalagi masih banyak potensi yang masih perlu digali dan ditingkatkan.
Camat Karimunjawa, Nuryanto menyambut baik langkah yang diambil oleh P2PAUDI Regional 2 Semarang. Dia menambahkan, di wilayah kerjanya lebih dari seribu anak usia dini yang butuh sentuhan P2PAUDNI. Akademisi dari Unnes Prof Dr Tri joko Raharjo yang ikut dalam pemetaan wilayah menyatakan agar P2PUDNI segera mengambil langkah untuk melaksanakan program tersebut.
Berikut ini data – data yang menyangkut Pendidikan Anak Usia Dini di Kepulauan Karimunjawa :


Daya Tampung Layanan PAUD di Karimunjawa
No
Lokasi/Pulau
TK/RA
Paud Nonformal
0-2 Th
2-4 Th
4-6 Th
1
Karimunjawa
60
-
40
-
2
Kemujan
25
-
20
20
3
Parang
25
-
-
-
4
Nyamuk
25
-
-
-
5
Genting
0
-
-
-
Jumlah
135
0
60
20


Data Anak Usia Dini di Karimunjawa
No
Lokasi/Pulau
Kelompok Usia/Tahun
Keterangan
0-2
2-4
4-6
Jumlah
1
Karimunjawa
95
84
56
235
-Anak usia dini terfokus pada area tertentu dengan kelompok usia yg beragam.
-kampung lg. Boyo sangat terpencil dg jml anak ckp banyak tapi variasi usia tidak sebaya.
2
Kemujuan
76
66
45
187
3
Parang
48
42
28
118
4
Nyamuk
29
26
17
72
5
Genting
19
17
11
47
jumlah
267
235
157
659


Banyaknya Peserta Didik PAUD Formal dan Normal
No
Lokasi/Pulau
TK/RA
Paud Nonformal
0-2 Th
2-4 Th
4-6 Th
1
Karimunjawa
56
-
42
-
2
Kemujan+lg. lele
25
-
20
20
3
Parang
28
-
-
-
4
Nyamuk
17
-
-
-
5
Genting
0
-
-
-
Jumlah
168
0
62
20


Nilai Daya Tampung Layanan PAUD di Karimmun jawa
No
Kelompok AUD
Jumlah AUD
Jumlah DT
Prosentase
1.
0-2 Tahun
267
0
0
2.
2-4 Tahun
235
60
25,53 %
3.
4-6 tahun
157
105
66,88 %



No
Status Pendidik
Jumlah Orang
Ijazah Terakhir
Sertifikat
S1
DII
SMA
1.
Guru
2
1
1
-
-
2.
Guru Pendamping
2
-
1
1
-
3.
Pengasuh
2
-
-
2
-
4.
Calon Pendidik
-
-
-
-
-
Jumlah
6
1
2
3
-

Permasalahan dalam Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran :
·         Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
·         Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
·         Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
·         Kurang memahami karakteristik anak.
·         Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
·         Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.
Permasalahan dalam Merintis Penyelenggaraan Program PAUD Baru Jalur Pendidikan Nonformal :
·         Anak usia dini terfokus pada area tertentu.
·         Pada area tertentu tingkatan usia anak sangat bervariasi sehingga menyulitkan pengelompokan dalam membentuk kegiatan layanan.
·         Di Kampung Legong Boyo dan Alang-alang serata beberapa tempat lainnya terdapat anak usia dini yang cukup untuk membentuk kelompok kegiatan layanan baru tetapi letaknya sangat terpencil dan tidak didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik yang memadai.
·         Keterbatasan daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang mencukupi.
·         PAUD belum populer di kalangan masyarakat khususnya di Pulau Genting.
·         Pada dasarnya masyarakat Pulau Genting setuju jika dibuka program PAUD baru namun kendala utama yang dihadapi adalah kekurangfahaman prosedur perintisan dan minimnya sosialisasi program PAUD nonformal.
·         Fakta lain menunjukkan bahwa hanya 8% dari responden di Pulau Genting yang mengetahui prosedur penyelenggaraan PAUD.













Daftar Pustaka
(27/06/2013 pukul 12;44)
(27/06/2013 pukul 12;46)
Kundori: SELAYANG PANDANG Pulau Pasinaon



Tidak ada komentar:

Posting Komentar