Jumat, 28 Juni 2013

laporan Aisiah anjar nugraheni 1201412011









LAPORAN
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR DI PULAU KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA


Asesmen Kebutuhan Belajar
Dosen Pengampu : Hendra Dedi K, S.Pd


Oleh :
Aisyiyah Anjar Nugraheni
1201412011


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan proses pembangunan. Tujuan pembangunan harus selaras dengan tujuan pendidikan, tujuan pendidikan harus lebih manusiawi daripada tujuan pembangunan, yaitu menuju kondisi kehidupan yang merdeka, dalam artian merdeka dari hambatan-hambatan, keterbatasan-keterbatasan, kebodohan dan ketergantungan. Pendidikan harus diarahkan untuk menolong mereka agar mereka dapat memperbaiki kondisi hidupnya melalui belajar.
Belajar bukanlah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan dan sikap yang diperlukan oleh setiap orang, namun belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayat. Menurut Gage dan Berliner (1983:252), belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari perubahan. Belajar selalu melekat pada kehidupan, karena setiap orang selalu dihadapkan oleh persoalan-persoalan baru di dalam kehidupannya. Oleh karena itu setiap orang dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya untuk memperbaiki cara-cara mempelajari sesuatu dan menganalisis kebutuhan belajarnya.
Kebutuhan belajar adalah segala sesuatu kebutuhan baik individu maupun kelompok yang berupa keinginan atau kehendak untuk mengetahui atau memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Agar kebutuhan belajar mudah diketahui, dan agar lebih cepat pemilihan dan pelaksanaannya, maka dibutuhkan sumber belajar yang telah memahami daerah-daerah setempat (BPK Kanwil Depdikbud.,1983;2-8).
Mengingat Pulau Karimunjawa merupakan pulau kecil bagian dari Kabupaten Jepara, otomatis masyarakatnya jauh dari peradaban kota, maka dari itu saya mengadakan identifikasi mengenai kebutuhan belajar dan sumber belajar yang ada di pulau tersebut, serta mengidentifikasi mengenai pendidikan yang ada di sana dalam rangka KKL jurusan PLS Universitas Negeri Semarang.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, saya dapat merumuskan beberapa masalah, diantaranya :
  1. Bagaimanakah pendidikan di Pulau Karimunjawa?
  2. Bagaimanakah kebutuhan belajar di Pulau Karimunjawa?
  3. Apakah sumber belajar di Pulau Karimunjawa sudah sesuai standar pembelajaran?

3. Tujuan
Dalam pelaksanaan identifikasi di Pulau Karimunjawa tersebut memiliki beberapa tujuan, antara lain :
  1. Mengetahui bagaimanakah pendidikan di Pulau Karimunjawa
2. Mengetahui bagaimanakah kebutuhan belajar di Pulau Karimunjawa
3. Mengetahui apakah sumber belajar di Pulau Karimunjawa sudah sesuai standar pembelajaran











BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendidikan di Pulau Karimunjawa
Lembaga pendidikan di Kepulauan Karimunjawa sudah menjangkau di tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU). Selain memiliki sekitar 10 Sekolah Dasar (lima di Karimun, tiga di Kemujan, dan masing-masing satu di Parang dan Genting), juga memiliki satu Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMK Negeri jurusan Budidaya Rumput Laut dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan yang merupakan sekolah gratis, serta satu Madrasah Aliyah (MA) di Kemujan.
Di Karimunjawa, tingkat pendidikan masyarakatnya dapat dikatakan tergolong masih rendah. Sebagian besar masyarakat Karimunjawa hanya memakan bangku Sekolah Dasar (Sekolah Dasar) atau sederajat. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya fasilitas pendidikan di Karimunjawa. Di Karimunjawa belum terdapat perguruan tinggi naik negeri maupun swasta. Apabila lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) yang ingin melanjutkan sekolah di perguruan tinggi, mereka harus pergi ke Jepara atau ke Semarang. Yang menjadi kendala mengapa masyarakat Karimunjawa sebagian besar enggan untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi adalah mahalnya biaya pendidikan.

.
Mata pencaharian masyarakat Karimunjawa sebagian besar adalah nelayan, maka dari itu mereka tidak membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi jika hanya untuk menjadi nelayan, begitu pula anak-anak mereka, sejak kecil anak-anak sudah ikut orang tua mereka menangkap ikan di laut, maka dari itu tidak dibutuhkan pendidikan yang tinggi untuk mereka.


2. Kebutuhan Belajar dan Fasilitas-fasilitas Masyarakat di Karimunjawa
Kebutuhan belajar merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan belajar baik individu maupun kelompok, begitu pula bagi masyarakat Karimunjawa. Dengan terpenuhinya kebutuhan belajar, masyarakat Karimunjawa dapat meningkatkan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.
Menurut saya, masyarakat Karimunjawa masih membutuhkan pendidik yang lebih berkualitas dan berpengalaman. Pendidik di sana masih terbatas, kurangnya pendidik akan menyebabkan masyarakat atau peserta didik akan terbatas pula interaksi dengan pendidik, karena di dalam suatu pembelajaran yang paling penting adalah interaksi atau komunikasi antara pendidik dan peserta didik, dengan kata lain di butuhkan proses timbal balik antara keduanya agar terjadi proses belajar yang maksimal.
Bagi masyarakat Karimunjawa yang kurang mampu dan tidak dapat meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, mereka lebih memilih untuk bekerja. Maka dari itu dibutuhkan suatu kursus ketrampilan-ketrampilan untuk menggali potensi masing-masing warga (misalnya: kursus sablon kaos/baju, kursus menjahit, kursus memijat, dll). Dengan adanya kursus tersebut, maka akan terdapat bermacam-macam mata pencaharian di sana, karena berdasarkan data yang ada, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Karimunjawa adalah sebagai nelayan.
Pulau Karimunjawa sudah mulai mengadakan pembangunan-pembangunan ke arah yang lebih baik. Terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat mempermudah aktifitas, baik bagi masyarakat asli maupun para wisatawan yang berkunjung, seperti telah adanya Bank Rakyat Indonesia (BRI), hotel, homestay, pertokoan, dll.


Walaupun Pulau Karimunjawa merupakan pulau kecil dan terpencil, namun sarana pendidikan dan penyalur aspirasi masyarakat masih tetap ada untuk membantu dan demi meningkatkan taraf hidup mereka. Terlihat dari beberapa bangunan di sana, terdapat sekolah, kantor kecamatan, puskesmas, dll.












BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Di Karimunjawa, tingkat pendidikan masyarakatnya dapat dikatakan tergolong masih rendah. Sebagian besar masyarakat Karimunjawa hanya memakan bangku Sekolah Dasar (Sekolah Dasar) atau sederajat. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya fasilitas pendidikan di Karimunjawa. Mata pencaharian masyarakat Karimunjawa sebagian besar adalah nelayan, maka dari itu mereka tidak membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi jika hanya untuk menjadi nelayan.
Masyarakat Karimunjawa masih membutuhkan pendidik yang lebih berkualitas dan berpengalaman. Pendidik di sana masih terbatas, kurangnya pendidik akan menyebabkan masyarakat atau peserta didik akan terbatas pula interaksi dengan pendidik.

2. Saran
Sebaiknya pemerintah juga memperhatikan Pulau Karimunjawa ini, dalam hal pendidikan masyarakatnya dan dalam hal fasilitas, yaitu memperbaiki dan menambah fasilitas yang ada di dalamnya, karena pulau ini merupakan pulau yang penuh dengan potensi alamnya. Dengan fasilitas yang lengkap maka akan lebih menarik pewisata untuk mnegunjungi pulau ini.
DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar