LAPORAN
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN BELAJAR DI PULAU KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA
Asesmen
Kebutuhan Belajar
Dosen
Pengampu : Hendra Dedi K, S.Pd
Oleh
:
Aisyiyah
Anjar Nugraheni
1201412011
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan proses
pembangunan. Tujuan pembangunan harus selaras dengan tujuan
pendidikan, tujuan pendidikan harus lebih manusiawi daripada tujuan
pembangunan, yaitu menuju kondisi kehidupan yang merdeka, dalam
artian merdeka dari hambatan-hambatan, keterbatasan-keterbatasan,
kebodohan dan ketergantungan. Pendidikan harus diarahkan untuk
menolong mereka agar mereka dapat memperbaiki kondisi hidupnya
melalui belajar.
Belajar
bukanlah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau ketrampilan
dan sikap yang diperlukan oleh setiap orang, namun belajar merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayat. Menurut
Gage dan Berliner (1983:252), belajar merupakan proses dimana suatu
organisme mengubah perilakunya karena hasil dari perubahan. Belajar
selalu melekat pada kehidupan, karena setiap orang selalu dihadapkan
oleh persoalan-persoalan baru di dalam kehidupannya. Oleh karena itu
setiap orang dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya untuk
memperbaiki cara-cara mempelajari sesuatu dan menganalisis kebutuhan
belajarnya.
Kebutuhan
belajar adalah segala sesuatu kebutuhan baik individu maupun kelompok
yang berupa keinginan atau kehendak untuk mengetahui atau memiliki
pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Agar kebutuhan belajar
mudah diketahui, dan agar lebih cepat pemilihan dan pelaksanaannya,
maka dibutuhkan sumber belajar yang telah memahami daerah-daerah
setempat (BPK Kanwil Depdikbud.,1983;2-8).
Mengingat
Pulau Karimunjawa merupakan pulau kecil bagian dari Kabupaten Jepara,
otomatis masyarakatnya jauh dari peradaban kota, maka dari itu saya
mengadakan identifikasi mengenai kebutuhan belajar dan sumber belajar
yang ada di pulau tersebut, serta mengidentifikasi mengenai
pendidikan yang ada di sana dalam rangka KKL jurusan PLS Universitas
Negeri Semarang.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, saya dapat merumuskan beberapa masalah,
diantaranya :
- Bagaimanakah pendidikan di Pulau Karimunjawa?
- Bagaimanakah kebutuhan belajar di Pulau Karimunjawa?
- Apakah sumber belajar di Pulau Karimunjawa sudah sesuai standar pembelajaran?
3.
Tujuan
Dalam
pelaksanaan identifikasi di Pulau Karimunjawa tersebut memiliki
beberapa tujuan, antara lain :
- Mengetahui bagaimanakah pendidikan di Pulau Karimunjawa
2. Mengetahui
bagaimanakah kebutuhan belajar di Pulau Karimunjawa
3. Mengetahui
apakah sumber belajar di Pulau Karimunjawa sudah sesuai standar
pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pendidikan di Pulau Karimunjawa
Lembaga
pendidikan di Kepulauan Karimunjawa sudah menjangkau di tingkat
Sekolah Menengah Umum (SMU). Selain memiliki sekitar 10 Sekolah Dasar
(lima di Karimun, tiga di Kemujan, dan masing-masing satu di Parang
dan Genting), juga memiliki satu Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMK Negeri jurusan Budidaya Rumput
Laut dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan yang merupakan sekolah
gratis, serta satu Madrasah Aliyah (MA) di Kemujan.
Di
Karimunjawa, tingkat pendidikan masyarakatnya dapat dikatakan
tergolong masih rendah. Sebagian besar masyarakat Karimunjawa hanya
memakan bangku Sekolah Dasar (Sekolah Dasar) atau sederajat. Hal
tersebut dikarenakan masih minimnya fasilitas pendidikan di
Karimunjawa. Di Karimunjawa belum terdapat perguruan tinggi naik
negeri maupun swasta. Apabila lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)
atau Madrasah Aliyah (MA) yang ingin melanjutkan sekolah di perguruan
tinggi, mereka harus pergi ke Jepara atau ke Semarang. Yang menjadi
kendala mengapa masyarakat Karimunjawa sebagian besar enggan untuk
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi adalah mahalnya biaya
pendidikan.
.
Mata
pencaharian masyarakat Karimunjawa sebagian besar adalah nelayan,
maka dari itu mereka tidak membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi
jika hanya untuk menjadi nelayan, begitu pula anak-anak mereka, sejak
kecil anak-anak sudah ikut orang tua mereka menangkap ikan di laut,
maka dari itu tidak dibutuhkan pendidikan yang tinggi untuk mereka.
2.
Kebutuhan Belajar dan Fasilitas-fasilitas Masyarakat di Karimunjawa
Kebutuhan
belajar merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan
belajar baik individu maupun kelompok, begitu pula bagi masyarakat
Karimunjawa. Dengan terpenuhinya kebutuhan belajar, masyarakat
Karimunjawa dapat meningkatkan baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotoriknya.
Menurut
saya, masyarakat Karimunjawa masih membutuhkan pendidik yang lebih
berkualitas dan berpengalaman. Pendidik di sana masih terbatas,
kurangnya pendidik akan menyebabkan masyarakat atau peserta didik
akan terbatas pula interaksi dengan pendidik, karena di dalam suatu
pembelajaran yang paling penting adalah interaksi atau komunikasi
antara pendidik dan peserta didik, dengan kata lain di butuhkan
proses timbal balik antara keduanya agar terjadi proses belajar yang
maksimal.
Bagi
masyarakat Karimunjawa yang kurang mampu dan tidak dapat meneruskan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, mereka lebih memilih untuk
bekerja. Maka dari itu dibutuhkan suatu kursus
ketrampilan-ketrampilan untuk menggali potensi masing-masing warga
(misalnya: kursus sablon kaos/baju, kursus menjahit, kursus memijat,
dll). Dengan adanya kursus tersebut, maka akan terdapat
bermacam-macam mata pencaharian di sana, karena berdasarkan data yang
ada, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Karimunjawa adalah
sebagai nelayan.
Pulau
Karimunjawa sudah mulai mengadakan pembangunan-pembangunan ke arah
yang lebih baik. Terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat mempermudah
aktifitas, baik bagi masyarakat asli maupun para wisatawan yang
berkunjung, seperti telah adanya Bank Rakyat Indonesia (BRI), hotel,
homestay, pertokoan, dll.
Walaupun
Pulau Karimunjawa merupakan pulau kecil dan terpencil, namun sarana
pendidikan dan penyalur aspirasi masyarakat masih tetap ada untuk
membantu dan demi meningkatkan taraf hidup mereka. Terlihat dari
beberapa bangunan di sana, terdapat sekolah, kantor kecamatan,
puskesmas, dll.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Di
Karimunjawa, tingkat pendidikan masyarakatnya dapat dikatakan
tergolong masih rendah. Sebagian besar masyarakat Karimunjawa hanya
memakan bangku Sekolah Dasar (Sekolah Dasar) atau sederajat. Hal
tersebut dikarenakan masih minimnya fasilitas pendidikan di
Karimunjawa. Mata pencaharian masyarakat Karimunjawa sebagian besar
adalah nelayan, maka dari itu mereka tidak membutuhkan pendidikan
yang lebih tinggi jika hanya untuk menjadi nelayan.
Masyarakat
Karimunjawa masih membutuhkan pendidik yang lebih berkualitas dan
berpengalaman. Pendidik di sana masih terbatas, kurangnya pendidik
akan menyebabkan masyarakat atau peserta didik akan terbatas pula
interaksi dengan pendidik.
2.
Saran
Sebaiknya
pemerintah juga memperhatikan Pulau Karimunjawa ini, dalam hal
pendidikan masyarakatnya dan dalam hal fasilitas, yaitu memperbaiki
dan menambah fasilitas yang ada di dalamnya, karena pulau ini
merupakan pulau yang penuh dengan potensi alamnya. Dengan fasilitas
yang lengkap maka akan lebih menarik pewisata untuk mnegunjungi pulau
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar