Jumat, 28 Juni 2013

laporan galuh niken 1201412027


LAPORAN KEGIATAN
KKL KARIMUNJAWA
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR

Untuk memenuhi tugas mata kuliah asesmen kebutuhan belajar




Disusun oleh
  1. Galuh Niken 1201412027



PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMAARANG
2013





BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Belajar adalah termasuk berpikir, atau berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi. Konsepnya memang kompleks, karena setiap masalah akan berbeda cara penanganannya bagi setiap orang. Untuk itu diperlukan perilaku intelejen, yang tentu sangat berbeda dengan perilaku nonintelejen. Yang pertama (perilaku intelejen) ditandai dengan adanya sikap dan perubahan kreatif, kritis, dinamis, dan bermotif (bermotivasi), sedangkan yang kedua keadaannya sebaliknya. Pengertian kebiasaan juga mengandung arti kebiasaan kreatif, bukan kebiasaan pasif reaktif (mekanis) seperti pada pandangan kaum behavioris. Proses pembelajaran di karimun jawa terbilang kurang memadahi untuk masalah pendidikan formal, masalah geografis yang menghambat dan minimnya sarana prasana yang memadahi. Ini terbukti dari sedikitnya gedung sekolah untuk tingkat sekolah menengah dan sekolah menengah atas. Tingkat pendidikan di desa-desa Taman Nasional Karimunjawa masih rendah karena sebagian besar penduduknya tidak/belum tamat SD.

  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pendidikan formal di karimunjawa ?
  2. Bagaimana kondisi pendidikan di Karimunjaawa?
  3. Apa saja fasilitas yang menunjang pendidikan di karimunjawa ?
  4. Pemberdayaan masyarakat apa saja yang ada di karimun jawa?













BAB II
PEMBAHASAN
  1. PENDIDIKAN FORMAL MASYARAKAT KARIMUN JAWA
Masih banyaknya gedung sekolah dasar menunjukkan sebagian besar warga hanya mendapatkan pendidikan sampai sekolah dasar. Tingkat pendidikan di desa-desa Taman Nasional Karimunjawa masih rendah karena sebagian besar penduduknya tidak/belum tamat SD. Hampir dari setengah masyarakat Karimunjawa merupakan lulusan SD. Hanya sedikityang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan di Karimunjawa disebabkan oleh karena minimnya fasilitas pendidikan di Karimunjawa. Di Karimunjawa belum terdapat perguruan tinggi. Lulusan SMA di Karimunjawa yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi harus pegi ke Jepara atau Semarang. Mahalnya biaya pendidikan menjadi kendala untuk masyarakat dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mayoritas masyarakat karimunjawa bekerja sebagai nelayan sehingga tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dalam elakukan pekerjaannya. Setiap anak di Karimunjawa sudah terbiasa ikut menangkap ikan dengan orang tuanya sehingga tidak dibutuhan sekolah lebih tinggi untuk menjadi nelayan.

Penduduk menurut pendidikan
- Belum sekolah : 512
- Tidak tamat SD : 5.378
- Tamat SD : 3.266
- Tamat SLP : 612
- Tamat SLA : 499
- Perguruan Tinggi : 116

  1. Kondisi Pendidikkan
Kondisi pendidikan di kepulauan Karimunjawa masih terjadi ketimpangan di bidang pendidikan. Antara jumlah penduduk dan jumlah lembaga pendidikan. Dari lebih kurang 9.000 jiwa, hanya terdapat 14 SD dan satu SLTP. Ke-14 SD itu tersebar di empat desa, sedangkan satu SLTP hanya terdapat di Desa Karimunjawa. dari 14 bangunan SD hanya beberapa yang berfungsi dengan baik. Banyak bangunan yang tidak layak sebagai tempat belajar. Akibatnya, ada sejumlah SD terpaksa mengikuti proses belajar mengajar ndompleng di bangunan madrasah diniyah (Madin) atau TPQ.
Secara demografis, masyarakat yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi hanya 2,5 %, SLTA 6,3 %, SLTP 8,11%, tamat SD sebanyak 62,16% dan tidak tamat SD sebanyak 1,3%. Mata pencaharian mereka umumnya nelayan dan petani .
Anak-anak dan Minat baca
dengan jumlah penduduk 9000 jiwa (data 2003) memiliki permasahan dengan pernikahan usia dini. anak-anak, terutama anak perempuan tidak mempunyai banyak pilihan setelah lulus SMP karena kapasitas pengetahuan dan tujuan yang rendah akan masa depannya.
Sekolah sebagai pendidikan formal lebih banyak menyediakan buku-buku pelajaran formal sehingga minat baca anak-anak rendah karena momok pelajaran itu sulit. Sehingga sangat perlu dimunculkan perpustakaan komunitas yang menyediakan buku-buku bacaaan alternatif yang menarik, variatif dan lebih dekat kebutuhan dengan mereka.

  1. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana pembelajaran. Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboraturium sekolah dan berbagai media pembelajaran yang lain. Letak geografis dan kurangnya sarana prasana yang memadahi. Namun keterbatasan energi listrik dan fasilitas pembelajaran akibat terisolasinya dari daerah ibukota , untuk sarana gedung sekolah ada 12 gedung SD, 2 gedung SMP, 2 gedung sekolah menengah atas diantaranya :


Beberapa fasilitas pendidikan yang tidak terawatpun seering di jumpai, minat baca yang rendah menjadi salah satu faktor yang memicu untuk pengadaan sarana menjadi terhambat.




  1. Pemberdayaan Masyarakat
Karimun sebagai daerah wisata , mulai mengembangkan pemberddayaan masyarakat untuk menunjang perekonomian warga Karimunjawa, di antara diadakan beberapa pelatihan dan peranan fasilitator untuk memberdayakan masyarakat . beberapa conth pembuatan ikan asin sebagai sumber daya alam yang melimpah di daerah pantai, ada nya sepeda motor maka pengenalan terhadap bengkel motor, bengkel kapal, penyablonan , pembuatan gantungan sebagai sovenir bagi pengunjung karimun jawa.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Karimunjawa mempunyai banyak potensi alam yang bisa di gali dan masyarakat yang dapat di berdayakan untuk meniingkatkan taraf hidup. Serta pemanfaatan pendidikan untuk menjadikan masyarakat menjadi lebih baik perlu di tingkatkan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar