Minggu, 30 Juni 2013

laporan Amilya Candra Dewi 1201412040




LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
Hasil Pengamatan Kebutuhan Belajar
 di Pulau Karimunjawa




















Di susun oleh :
Amilya Candra Dewi (1201412040)









Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kuliah Kerja Lapangan ( KKL ) adalah suatu bentuk kegiatan yang memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah - tengah masyarakat yang mungkin tidak ditemukan dikampus, sekaligus sebagai proses pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat yang sedang membangun dan mengetahui keberhasilan dan permasalahan yang di hadapi. KKL dilaksanakan oleh perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan Misi dan Bobot pendidikan bagi mahasiswa dan untuk mendapat nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi.
Kuliah kerja lapangan ditujukan dengan maksud meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan didasari dengan Iman dan Taqwa (IMTAK) guna melaksanakan pembangunan dengan tumbuh dan berkembang pesat dewasa ini.
Bagi mahasiswa, kegiatan KKL harus dirasakan sebagai pengalaman belajar yang baru yang tidak di peroleh di dalam kampus, sehingga selesainya KKL mahasiswa akan memiliki wawasan guna bekal hidup dan bersosialisasi di tengah masyarakat pada saat melaksanakan pengabdian kepada bangsa dan Negara di kemudian hari.

B.  Manfaat Kuliah Kerja Lapangan
Pelaksanaan KKL Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) bermanfaat untuk:
1.      Mahasiswa mampu mengaplikasikan materi yang didapatkan saat kuliah.
2.      Mahasiswa dapat menambah pengetahuan mengenai kebutuhan belajar.
3.      Meningkatkan kemampuan, keahlian dan profesionalitas mahasiswa sesuai dengan kompetensi jurusan.

C.  Tujuan Kuliah Kerja Lapangan
1.      Mengetahui kebutuhan belajar di Pulau Karimunjawa
2.      Mengetahui perkembangan kebutuhan belajar dari tahun sebelumnya di Pulau Karimunjawa.


BAB II
PEMBAHASAN

Kebutuhan Belajar di Pulau Karimunjawa
Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang merupakan sebuah kecamatan dan termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Letak geografis pulau Karimunjawa  5°40΄39” - 5°55’00” LS dan 110°05΄57” - 110°31΄15” BT. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, Kepulauan ini terletak di sebelah barat laut kota Jepara, jarak antara Jepara – Karimunjawa kurang lebih sekitar 86 KM dan ditempuh ferry selama 6 jam perjalanan laut. Karimunjawa terdiri dari 27 pulau besar dan kecil, dan 5 pulau yang perpenghuni.
Kendala letak geografis dan karakteristik wilayah kepulauan Karimunjawa yang serba terbatas dalam berbagai akses, dipercaya menyebabkan dunia pendidikan di wilayah ini sangat rentan tertinggal dibidang pengetahuan, peradaban, sains, teknologi, informasi dan komunikasi.
Tingkat pendidikan rata-rata di desa-desa di kepulauan Karimunjawa adalah tidak/belum tamat SD dan tamatan SD. Tingkat pendidikan yang tergolong rendah ini dikarenakan anak usia sekolah banyak bekerja membantu orang tua dan kesadaran rendah serta keterbatasan biaya. Di kecamatan Karimunjawa saat ini tercatat terdapat 14 SD, 1 SLTP di Pulau Karimunjawa dan 1 MTS di Pulau Kemujan serta 1 SMK Rumput Laut di Pulau Karimunjawa.
Yang mengenaskan, dari 14 bangunan SD hanya beberapa yang berfungsi dengan baik. Banyak bangunan yang tidak layak sebagai tempat belajar. Akibatnya, ada sejumlah SD terpaksa mengikuti proses belajar mengajar ikut di bangunan madrasah diniyah (Madin) atau TPQ.
Secara demografis, masyarakat yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi hanya 2,5 %, SLTA 6,3 %, SLTP 8,11%, tamat SD sebanyak 62,16% dan tidak tamat SD sebanyak 1,3%. Mata pencaharian mereka umumnya nelayan dan petani.
Rendahnya kualitas pendidikan dan SDM, akan menimbulkan ketimpangan sosial. Pada akhirnya akan berdampak kepada keterasingan, kecemburuan dan konflik sosial. Beruntung, hingga kini keutuhan mereka masih tetap terjaga. Hal itu tidak terlepas dari kuatnya masyarakat sekitar memegang nilai-nilai agama yang mereka anut.
Segala persoalan dan carut marutnya pendidikan di tengah masyarakat menjadi indikasi ketidaksiapan masyarakat Karimunjawa menjawab tantangan masa depan.
Mengubah pola pikir masyarakat, menurutnya, tidak segampang membalikkan telapak tangan. Contoh kecil yang masih membudaya di tengah masyarakat Karimunjawa adalah tidak lazimnya menunda usia perkawinan untuk sekolah. Umumnya, banyak warga yang menikah setelah lulus SD.
Minimnya sekolah lanjutan atas, juga mendukung mempercepat perkawinan usia dini di kalangan remaja. Sedangkan lembaga pendidikan yang ada paling tinggi hanya setingkat SLTP. Itupun jumlahnya hanya dua, yaitu SMP Karimunjawa dan MTs Safinatul Huda.
Permasalahan dalam merintis penyelenggaraan Program PAUD baru jalur pendidikan nonformal yaitu  Keterbatasan daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang mencukupi. kendala utama yang dihadapi adalah kekurang fahaman prosedur perintisan dan minimnya sosialisasi program PAUD nonformal.

Kebutuhan Belajar Di Pulau Genting
Program Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun bagi masyarakat di pulau ini hanyalah pepesan kosong semata. Realisasinya masih jauh panggang dari api. Nikmatnya sekolah di SMP atau SMK hanyalah mimpi indah yang tak kunjung selasai. Mereka rata-rata hanya tamat SD, selebihnya sebagian yang mau melanjutkan ke SMP atau SMU harus keluar pulau. Pulau terdekat yang ada SMP dan SMK di pulau Karimunjawa dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan laut naik kapal nelayan. Itu pun tidak setiap hari ada, Jadi konsekuensinya harus indekost atau tinggal di asrama. Tak heran jika pulau ini secara perlahan tapi pasti banyak ditinggalkan masyarakatnya.
Masyarakat Karimunjawa terutama yang tinggal di Pulau Genting lebih memilih untuk pindah ke Jepara. Disana mereka tidak untuk bekerja tetapi untuk sekolah. Keinginan masyarakat untuk meningkatkan kebutuhan belajar agar berkembang mereka merelakan meninggalkan kampung dimana mereka dilahirkan demi meraih cita – cita.
Tingkat pendidikan yang masih rendah juga bisa disebabkan karena keterbatasan anak – anak untuk belajar karena harus membantu orangtua dan keterbatasan penerangan dimalam hari karena disana menggunakan PLTD. Dan tidak semua rumah masyarakat disana diterangi karena factor ekonomi.
Perkembangan di Karimunjawa
Bagi masyarakat Karimunjawa, kurangnya sarana pendidikan bukan membuat mereka patah semangat. Secara swadaya, mereka membangun sekolah-sekolah yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pendidikan konvensional sekaligus pendidikan agama.
Kebutuhan fasilitas sekolah baru, terutama sangat diperlukan bagi daerah tersebut. Ketidakmerataan fasilitas pendidikan, terutama di daerah pulau Genting dan daerah terpencil sering mengundang tanya apa dan mengapa hal itu bisa terjadi. Untuk memenuhi dan memeratakan kebutuhan masyarakat akan fasilitas sekolah.
Pendidikan di Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU. Selain memiliki sekitar 14 SD, Karimunjawa juga memiliki satu SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMK Negeri jurusan Budidaya Rumput Laut serta Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan yang merupakan sekolah gratis, serta satu Madrasah Aliyah di Kemujan. Hal ini menjadi kebutuhan belajar disana menjadi tidak rendah lagi dari sebelumnya.
Masyarakat Karimunjawa juga antusias adanya pendidikan NonFormal disana. Dan adanya PKBM Dewadaru melaksanakan Program KWD Vokasi dengan jenis ketrampilan yang dilatihkan Pembibitan Rumput Laut, merupakan jenis ketrampilan budidaya untuk menanggulangi krisis bibit petani dengan kualitas yang bermutu dan varietas unggul yang tidak tercampur dengan jenis rumput laut lainnya. Dalam pelatihan yang telah diselenggarakan ini penekanannya pada keahlian mengidentikasi berbagai varietas, menyelenggarakan teknik budidaya yang tepat, memanipulasi kondisi perairan untuk meminimalisir kendala alam, managemen usaha dan pemandirian usaha. Oleh karena itu peserta dibekali dengan pengetahuan tentang rumput laut, survey lokasi dan pengamatan kualitas air, penyeleksian bibit unggul, pembuatan media tanam yang tepat, cara tanam yang benar, pemeliharaan dan pengukuran laju pertumbuhan, mengenal peluang pasar, dan konsep wirausaha.


Hasil Pembelajaran
1.      Terampil dan mandiri membudidayakan rumput laut
2.      Menciptakan lapangan kerja baru bidang nursery rumput laut khususnya di pulau gentin
Manfaat bagi setiap warga belajar
Meningkatkan ketrampilan bengkel las & perbengkelan mesin kapal untuk membuka dan mengembangkan usaha
Manfaat bagi kelompok warga belajar
Meningkatkan pengetahuan, mencari solusi kendala kerusakan mesin secara bersama, forum komunikasi untuk berbagi pengalaman dan kesuksesan usaha perbengkelan
Manfaat bagi warga desa vokasi
Mendapatkan civil efect dari perbengkelan, membuka peluang bisnis baru bidang onderdil, alat, bahan yang dibutuhkan perbengkelan

Adanya rumah baca yang awalnya bertujuan mendukung gerakan pemberantasan buta aksara. Semacam gerakan peduli terhadap aksarawan dalam memelihara dan meningkatakan kemampuan baca tulis. Namun dalam perkembangannya ternyata dapat memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pengetahuan, peradaban, sains, teknologi, informasi dan komunikasi. Diharapkan mereka dapat mengelola sumber daya alam yang berkesinambungan dan sinergi dengan kearifan lokal melalui berbagai koleksi yang dipinjamkan.
Sarana prasarana belajar lainnya yaitu berdirinya Warnet untuk kebutuhan warga masyarakat agar tidak gagap teknologi (GAPTEK) dimasa kini. Adanya fasilitas tersebut masyarakat tentunya menjadi tidak gaptek lagi dan bisa browsing untuk bisa mencari info lebih mudah dan cepat tidak selalu membaca Kabar yang sudah kadaluarsa di Koran. Dan juga adanya stasiun radio itu termasuk sarana belajar warga masyarakat karimunjawa.
Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam. Kebijakan pemerintah kabupaten akan ikut menentukan nasib anak serta kualitas anak di masa depan.
Masa depan yang berkualitas tidak datang dengan tiba-tiba, oleh karena itu lewat PAUD kita pasang pondasi yang kuat agar di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini disana juga ada yang tersebar di beberapa pulau yang berpenghuni. Dengan jumlah anak yang banyak dan umur anak yang bervariasi. Karena daerah yang terpencil kegiatan Paud disana hanya ala sekadarnya saja karena keterbatasan alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak. Walaupun begitu semua bertujuan untuk mencerdaskan mejemuk anak.
Permasalahan dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran disana adalah Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran. Kurang memahami karakteristik anak dan memahami teknik penilaian proses hasil belajar. Karena hampir semua guru nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
Kebijakan baru pemerintah tentang pendidikan kesetaraan merupakan kendala tersendiri bagi masyarakat pulau genting yang ingin mengikuti program paket B atau C. Pada dasarnya mereka sangat responsible jika ada program kejar paket. Hanya saja sampai sekarang uluran pemerintah yang ditunggu-tunggu masyarakat pulau terpencil ini tidak kunjung ada.
Nasib para lulusan sekolah dasar yang ingin belajar baik melalui jalur formal maupun nonformal sama-sama sulitnya, harus menyeberang 1,5 jam ke Karimunjawa. Mereka sangat menanti uluran kebijakan pemerintah daerah agar tempat belajar bisa diboyong ke pulau Genting.
Pola pendidikan disana  juga berisi tentang pendidikan kecakapan hidup. Yaitu upaya pendidikan dalam meningkatkan kecakapan seseorang untuk melaksanakan hidup secara tepat guna dan berdaya guna. Program pendidikan Life Skill merupakan pendidikan yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat.
Homeschooling sebagai Alternatif Pengganti Sekolah Formal
Model pendidikan ini justru sangat tepat menjadi alternatif untuk daerah pulau-pulau kecil di kepulauan Karimunjawa seperti di pulau Nyamuk, dan pulau Genting yang belum ada satu pun SMP dan sekolah formal yang sederajat dengan itu, serta pulau-pulau lain yang belum tersedia lembaga / sekolah formal mulai dari PAUD sampai SMU. Terlebih jika memperhatikan kecenderungan para perantau pekerja wisata yang mengajak anak-anaknya tinggal bersama di asrama pemilik resort, cottage, bungalow, villa yang tersebar di pulau-pulau kecil seperti pulau Menyawakan, pulau Tengah, Sambangan, Geleang, dsb. Dalam kondisi bagaimana pun dan di mana pun, anak harus mendapatkan pendidikan. Membiarkan mereka begitu saja sama halnya menelantarkan anak. Pendidikan anak dalam kondisi dan tempat seperti ini jangan ditafsirkan secara normatif, dalam arti, si anak tidak harus keluar dari rumah, bertemu gedung yang bernama sekolah lalu kemudian menyatu dengan kehidupan sosial di sekolah. Seandainya anak-anak memang tidak mampu ke sekolah umum, maka homeschooling mampu menjadi sarana untuk menyelamatkan martabat mereka sebagai seorang anak. Kelak ketika mereka bertemu dengan anak-anak seusianya, maka pemikiran mereka bisa  tetap sama.
Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah. untuk itu diperlukan suatu pengetahuan yang lengkap tentang bagaimana mengelola homeschooling, bagaimana kurikulumnya, bahan dan sumber belajar, teknik dan metode pembelajarannya.






BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan Latar Belakang dan Tujuan dan manfaat kegiatan, bahwa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan  kegiatan dalam rangka mengumpulkan data di lapangan. Seperti dengan hasil pengamatan kebutuhan belajar di Karimunjawa. Tingkat pendidikan di Karimunjawa masih rendah karena sebagian besar penduduknya tidak/belum tamat SD. Maka kebutuhan belajar disana sangat dibutuhkan.  Dan juga perkembangan disana meningkat adanya pendidikan NonFormal yang sudah ada di Karimunjawa.

B.  Saran
Dalam hasil pengamatan adanya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) diharapkan mahasiswa mengetahui bagaimana kebutuhan belajar di Karimunjawa. Dan harapan untuk meningkatkan kebutuhan belajar di Karimunjawa dengan cara KKN atau PPL disana yang bertujuan mencerdaskan anak bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar