LAPORAN
HASIL OBSERVASI
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN BELAJAR MASYARAKAT KARIMUN JAWA
MATA
KULIAH ASESMEN KEBUTUHAN BELAJAR
DI
SUSUN OLEH
ARI
FATUL HASANAH (1201412033)
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Karimunjawa secara
administratif merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Jepara.
Kecamatan Karimunjawa terdiri dari empat desa antara lain Desa
Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Parang, dan Desa Nyamuk. Yang
meliputi 54 RT dan 15 RW. Karimunjawa memiliki jumlah penduduk
sebanyak 10.210 jiwa (BPS Jepara, 2011). Komposisi jumlah penduduk
terbanyak terdapat di Desa Karimunjawa. Lebih dari 50% penduduk
Karimunjawa memiliki mata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Jenis suku asal yang mendiami Karimunjawa berasal dari beberapa suku
di Indonesia antara lain Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajo, Buton,
Batak, Makassar, Muna, dan Luwu.
Masyarakat
Karimunjawa menjadikan tiga pulau besar di Karimunjawa
sebagai
tempat tinggal. Pulau Karimunjawa dan Kemujan menjadi pulau yang
paling banyak dihuni oleh masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh karena
di Pulau
Karimunjawa
dan Kamujan memiliki luas daratan yang paling luas dibandingkan
dengan
pulau Parang yang memungkinkan masyarakat untuk menghuni pulau
tersebut.
Desa Karimunjawa adalah pusat pemerintahan dan pusat perekonomian
Pulau
Karimunjawa. Kondisi ini yang mendukung Desa Karimunjawa menjadi
desa
yang paling banyak dihuni oleh penduduk Karimunjawa.
Mata pencaharian
masyarakat Karimunjawa sangat beragam. Mayoritas masyarakat
Karimunjawa bekerja sebagai Nelayan dan pembudidaya ikan. Pekerjaan
yang menduduki posisi kedua sebagai sumber mata pencaharian
masyarakat Karimunjawa adalah sebagai petani. Profesi sebagai pegawai
negeri dan buruh tani menduduki posisi ketiga dan keempat sebagai
sumber mata pencaharian masyarakat Karimunjawa. Sumber mata
pencaharian yang paling sedikit dilakukan oleh masyarakat Karimunjawa
adalah Dokter.
- RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana gambaran masyarakat Karimunjawa?
- Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat Karimunjawa?
- Bagaimana pemberdayaan masyarakat Karimunjawa?
BAB
II
PEMBAHASAN
- GAMBARAN MASYARAKAT KARIMUNJAWA
Masyarakat
Karimunjawa terdiri dari banyak suku yang ada di wilayah nusantara.
Antara lain: suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajo. Mereka menetap
hampir beratus-ratus tahun sudah, secara turun temurun. Kini,
meskipun tak banyak, masih bisa didapati sisa-sisa akar budaya asli
yang diwarisi dari nenek moyang mereka. Seperti, dialek bahasa, adat
istiadat perkawinan, kontruksi rumah adat dan sebagainya. Kondisi
yang ada di Karimunjawa sangat berperan pada perilaku sosial yang ada
dalam masyarakat.Sebelum dikembangkan menjadi kawasan wisata
orang-orang yang datang ke Karimunjawa sebagian besar adalah nelayan
yang mengandalkan mata pencahariannya mencari ikan akan. Selain itu,
ada juga masyarakat Karimunjawa yang bekerja sebagai petani, buruh
tani, buruh swasta, pegawai negeri, pengrajin, pedagang, peternak,
montir dan dokter.
Dari pemaparan
pekerjaan yang ada di Karimunjawa, bahwa masyarakat Karimunjawa sudah
mulai maju pemikirannya. Namun hal itu belum menjamin kehidupan
masyarakat Karimunjawa telah tercukupi. Karena kecamatan Karimunjawa
jauh dari Kota Jepara sehingga biaya hidupnya terbilang mahal.
Potensi alam di
Karimunjawa sangat menjanjikan di dukung oleh panorama alam yang
masih asri dan eksotik. Masyarakatnya sangat menjaga lingkungan
disekitarnya seperti pantai, pulau-pulau kecil, keindahan dasar laut,
dan lainnya agar tetap lestari. Hal itu salah satu potensi yang mampu
mengundang para wisatawan untuk berkunjung dan menikmati indahnya
panorama alam Karimunjawa.
Dengan adanya tempat
wisata mampu mengajak masyarakat Karimunjawa untuk mengolah hasil
alam untuk dijadikan souvenir khas Karimunjawa. Namun sayang,
oleh-oleh khas tersebut masih belum menemukan cirri yang pas untuk
kawasan Karimunjawa sendiri. Masyarakat Karimunjawa masih
mendatangkan souvenir dari Jepara, hal tersebut menjadikan harga
souvenir terbilang mahal.
Terdapat kemajuan
yang signifikan dari adanya pengembangan kawasan ini, kemajuan ini
dapat ditunjang oleh beberapa faktor yaitu adanya pengembangan daerah
sebagai program pemerintah, dan pengembangan yang dilakukan pihak
swasta sebagai investor, serta peran swadaya masyarakat yang sudah
mulai maju.
Untuk mendukung
adanya kegiatan pariwisata dan pembangunan terdapat akses komunikasi
dari tiga perusahaan telekomunikasi yang menanamkan modalnya disana
meskipun tidak menjangkau seluruh daerah, hal ini dikarenakan
topografi Karimunjawa yang berbukit-bukit dengan dataran rendah yang
sempit memanjang sehingga signal
tidak begitu bagus.
Untuk menambah daya
tarik terhadap wisatawan didatangkan kapal kaca yang disediakan bagi
mereka yang ingin menuju ke pulau Parang, untuk memudahkan para
wisatawan bepergian mengunjungi tempat-tempat wisata didarat,
penduduk menyediakan jasa transportasi seperti angkutan bak terbuka
dan tertutup bahkan menyewakan sepeda motor untuk berkeliling.
Pengembangan kawasan
wisata memudahkan masuknya arus barang, modal maupun orang ke daerah
akan semakin meningkatkan kompetisi antar wilayah yang sedang
dikembangkan termasuk keturunan beragam suku yang tinggal didalamnya.
Arus modal baik nasional maupun internasional sangat sulit untuk
dihindari dalam perkembangan wilayah saat ini, akan tetapi hubungan
antara pengusaha dengan penduduk di Karimunjawa tidak ditentukan oleh
modal semata, tetapi juga oleh pola hubungan antar kelompok-kelompok
penghuni wilayah tersebut.
Organisasi sosial
yang ada terbentuk setelah adanya pengembangan kawasan wisata seperti
adanya koperasi simpan pinjam, bank, perkumpulan guide dan SAR
(Search
and Rescue)
yang lebih dikenal dengan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) yang
didirikan pada tahun 2004 dengan anggota 35 orang dan jumlah ini akan
bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya jumlah
wisatawan. Perkumpulan angkutan dan persewaan alat selam yang hampir
semuanya bergerak pada sektor ekonomi.
- TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT KARIMUNJAWA
Jumlah
penduduk masyarakat Karimunjawa berdasarkan tingkat pendidikan:
-
Belum sekolah : 512
-
Tidak tamat SD : 5.378
-
Tamat SD : 3.266
-
Tamat SLTP : 612
-
Tamat SLTA : 499
-
Perguruan Tinggi : 116
Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya pendidikan di Karimunjawa.
Namun dengan adanya masyarakat yang sudah mengikuti pendidikan hingga
jenjang perguruan tinggi, hal itu menandakan sudah adanya kesadaran
masyarakat untuk menyekolahkan anaknya hingga sarjana. Dengan itu
mampu mendukung kawasan Karimunjawa agar tidak tertinggal dengan
kawasan lainnya. Serta meningkatkan sumber daya manusia yang akhirnya
mampu meningkatkan kecamatan Karimunjawa keranah nasional bahkan
internasional.
Di kecamatan
Karimunjawa ini terdapat 5 Taman Kanak-kanak, 14 Sekolah Dasar, 2
Sekolah Menengah Pertama, 1 Sekolah Menengah Kejuruan, dan 1 Madrasah
Aliyah. Tingkat
pendidikan di Karimunjawa yang rendah disebabkan oleh karena masih
minimnya fasilitas pendidikan di Karimunjawa. Di Desa Karimunjawa
belum terdapat perguruan tinggi. Lulusan
SMA
di Karimunjawa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan
tinggi harus pergi ke Jepara atau Semarang. Mahalnya biaya pendidikan
menjadi kendala untuk masyarakat dapat melanjutkan pendidikannya ke
perguruan tinggi. Mayoritas masyarakat Karimunjawa bekerja sebagai
nelayan sehingga tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dalam
melakukan pekerjaannya. Setiap anak-anak di Karimunjawa sudah
terbiasa ikut menangkap ikan dengan orang tuanya sehingga tidak
dibutuhkan sekolah lebih tinggi untuk menjadi nelayan.
Kurang
lebih tiga tahun yang lalu, penilik PNF mangadakan kejar paket C bagi
masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih tinggi. Sehingga lulusan
sederajat SLTA sudah lumayan cukup di Karimunjawa.
Selain
itu di pulau Karimunjawa sendiri sudah mulai sadar akan pentingnya
pendidikan untuk anak usia dini, sehingga penilik PNF berupaya untuk
mendirikan PAUD bagi anak-anak usia dini. Namun hal tersebut tidak
semulus yang diharapkan, karena anak-anak usia dini yang jumlahnya
banyak sedangkan pelayanan PAUD yang masih terbatas, guru pengajar
juga terbatas, sehingga kurang maksimal dalam memberikan pelayanan ke
masyarakat terutama Karimunjawa dan desa sekitarnya. Penghasilan guru
honorer juga sangat minim yaitu kurang dari Rp 200.000/bulan. SPP
PAUD juga terbilang murah yaitu kurang dari Rp 15.000. hal itu juga
yang mempengaruhi pendidikan di Karimunjawa.
Daya
tamping layanan PAUD di Karimunjawa
No
|
Lokasi/
Pulau
|
TK/RA
|
PAUD
Nonformal
|
||||||
0-2
Th
|
2-4
Th
|
4-6
Th
|
|||||||
1.
|
Karimunjawa
|
60
|
-
|
40
|
-
|
||||
2.
|
Kemujan
|
25
|
-
|
20
|
20
|
||||
3.
|
Parang
|
25
|
-
|
-
|
-
|
||||
4.
|
Nyamuk
|
25
|
-
|
-
|
-
|
||||
5.
|
Genting
|
0
|
-
|
-
|
-
|
||||
Jumlah
|
135
|
0
|
60
|
20
|
Data anak usia dini
di Karimunjawa
No
|
Lokasi/Pulau
|
Kelompok
usia/ tahun
|
Keterangan
|
|||||||
0-2
|
2-4
|
4-6
|
Jumlah
|
|||||||
1
|
Karimunjawa
|
95
|
84
|
56
|
235
|
|
||||
2
|
Kemujan
|
76
|
66
|
45
|
187
|
|||||
3
|
Parang
|
48
|
42
|
28
|
118
|
|||||
4
|
Nyamuk
|
29
|
26
|
17
|
72
|
|||||
5
|
Genting
|
19
|
17
|
11
|
47
|
|||||
Jumlah
|
267
|
235
|
157
|
659
|
Banyaknya
peserta didik PAUD Formal dan Nonformal
No
|
Lokasi/Pulau
|
TK/RA
|
Paud
Nonformal
|
||||||
0-2
Th
|
2-4
Th
|
4-6
Th
|
|||||||
1
|
Karimunjawa
|
56
|
-
|
42
|
-
|
||||
2
|
Kemujan+Lg.
Lele
|
25
|
-
|
20
|
20
|
||||
3
|
Parang
|
28
|
-
|
-
|
-
|
||||
4
|
Nyamuk
|
17
|
-
|
-
|
-
|
||||
5
|
Genting
|
0
|
-
|
-
|
-
|
||||
Jumlah
|
168
|
0
|
62
|
20
|
Nilai
daya tampung layanan Paud di Karimunjawa
No
|
Kelompok
AUD
|
Jumlah
AUD
|
Jumlah
DT
|
Prosentase
|
1.
|
0-2
Tahun
|
267
|
0
|
0
|
2.
|
2-4
Tahun
|
235
|
60
|
25,53
%
|
3.
|
4-6
Tahun
|
157
|
105
|
66,
88 %
|
Banyaknya
pendidik Paud dan kualifikasi ijazah 2011
No
|
Status
Pendidik
|
Jumlah
Orang
|
Ijazah
terakhir
|
Sertifikat
|
|||||||
S1
|
DII
|
SMA
|
|||||||||
1.
|
Guru
|
2
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|||||
2.
|
Guru
Pendamping
|
2
|
-
|
1
|
1
|
-
|
|||||
3.
|
Pengasuh
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
|||||
4.
|
Calon
Pendidik
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||||
Jumlah
|
6
|
1
|
2
|
3
|
-
|
PERMASALAHAN
DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
- Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
- Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
- Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
- Kurang memahami karakteristik anak.
- Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
- Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.
Permasalahan
dalam merintis penyelenggaraan Program PAUD baru jalur pendidikan
nonformal
- Anak usia dini terfokus pada area tertentu.
- Pada area tertentu tingkatan usia anak sangat bervariasi sehingga menyulitkan pengelompokan dalam membentuk kegiatan layanan.
- Di Kampung Legong Boyo dan Alang-alang serata beberapa tempat lainnya terdapat anak usia dini yang cukup untuk membentuk kelompok kegiatan layanan baru tetapi letaknya sangat terpencil dan tidak didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik yang memadai.
- Keterbatasan daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang mencukupi.
- PAUD belum populer di kalangan masyarakat khususnya di Pulau Genting.
- Pada dasarnya masyarakat Pulau Genting setuju jika dibuka program PAUD baru namun kendala utama yang dihadapi adalah kekurangfahaman prosedur perintisan dan minimnya sosialisasi program PAUD nonformal.
- Fakta lain menunjukkan bahwa hanya 8% dari responden di Pulau Genting yang mengetahui prosedur penyelenggaraan PAUD.
- PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KARIMUNJAWA
Masyarakat
karimunjawa termasuk masyarakat yang sedang berkembang, hal tersebut
dapat terlihat dengan program-program pengembangan bagi masyarakat.
Seperti adanya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) , pelatihan guide
yang tergabung dalam HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia),
pemberdayaan perempuan, ketrampilan sablon, bengkel kapal, dan
industry rumah tangga.
Tujuan
dilaksanakannya pemberdayaan masyarakat dengan maksud untuk lebih
meningkatkan sumber daya dan potensi masyarakat, sehingga masyarakat
karimunjawa dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dan juga akan
lebih menjadikan masyarakat Karimunjawa menjadi orang yang terampil
dan cekatan. Selain itu untuk menunjang pengembangan wisata di
Karimunjawa. Namun program pemberdayaan masyarakat belum berjalan
sesuai harapan karenya adanya berbagai factor yang mempengaruhinya.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Karimunjawa secara
administratif merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Jepara.
Kecamatan Karimunjawa terdiri dari empat desa antara lain Desa
Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Parang, dan Desa Nyamuk. Masyarakat
Karimunjawa terdiri dari banyak suku yang ada di wilayah nusantara.
Antara lain: suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajo.
Penduduk Karimunjawa
sebagian besar adalah nelayan yang mengandalkan mata pencahariannya
mencari ikan. Selain itu, ada juga masyarakat Karimunjawa yang
bekerja sebagai petani, buruh tani, buruh swasta, pegawai negeri,
pengrajin, pedagang, peternak, montir dan dokter.
Di kecamatan
Karimunjawa ini terdapat 5 Taman Kanak-kanak, 14 Sekolah Dasar, 2
Sekolah Menengah Pertama, 1 Sekolah Menengah Kejuruan, dan 1 Madrasah
Aliyah. Tingkat
pendidikan di Karimunjawa yang rendah disebabkan oleh karena masih
minimnya fasilitas pendidikan di Karimunjawa.
PERMASALAHAN
DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
- Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
- Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
- Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
- Kurang memahami karakteristik anak.
- Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
- Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.
Masyarakat
karimunjawa termasuk masyarakat yang sedang berkembang, hal tersebut
dapat terlihat dengan program-program pengembangan bagi masyarakat.
Seperti adanya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) , pelatihan guide
yang tergabung dalam HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia),
pemberdayaan perempuan, ketrampilan sablon, bengkel kapal, dan
industry rumah tangga.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar