Jumat, 28 Juni 2013

laporan arifatul khasanah 1201412033

LAPORAN HASIL OBSERVASI
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR MASYARAKAT KARIMUN JAWA
MATA KULIAH ASESMEN KEBUTUHAN BELAJAR






DI SUSUN OLEH
ARI FATUL HASANAH (1201412033)



PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013




BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Karimunjawa secara administratif merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Jepara. Kecamatan Karimunjawa terdiri dari empat desa antara lain Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Parang, dan Desa Nyamuk. Yang meliputi 54 RT dan 15 RW. Karimunjawa memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.210 jiwa (BPS Jepara, 2011). Komposisi jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Karimunjawa. Lebih dari 50% penduduk Karimunjawa memiliki mata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Jenis suku asal yang mendiami Karimunjawa berasal dari beberapa suku di Indonesia antara lain Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajo, Buton, Batak, Makassar, Muna, dan Luwu.
Masyarakat Karimunjawa menjadikan tiga pulau besar di Karimunjawa sebagai tempat tinggal. Pulau Karimunjawa dan Kemujan menjadi pulau yang paling banyak dihuni oleh masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh karena di Pulau Karimunjawa dan Kamujan memiliki luas daratan yang paling luas dibandingkan dengan pulau Parang yang memungkinkan masyarakat untuk menghuni pulau tersebut. Desa Karimunjawa adalah pusat pemerintahan dan pusat perekonomian Pulau Karimunjawa. Kondisi ini yang mendukung Desa Karimunjawa menjadi desa yang paling banyak dihuni oleh penduduk Karimunjawa.
Mata pencaharian masyarakat Karimunjawa sangat beragam. Mayoritas masyarakat Karimunjawa bekerja sebagai Nelayan dan pembudidaya ikan. Pekerjaan yang menduduki posisi kedua sebagai sumber mata pencaharian masyarakat Karimunjawa adalah sebagai petani. Profesi sebagai pegawai negeri dan buruh tani menduduki posisi ketiga dan keempat sebagai sumber mata pencaharian masyarakat Karimunjawa. Sumber mata pencaharian yang paling sedikit dilakukan oleh masyarakat Karimunjawa adalah Dokter.


  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Bagaimana gambaran masyarakat Karimunjawa?
  2. Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat Karimunjawa?
  3. Bagaimana pemberdayaan masyarakat Karimunjawa?
BAB II
PEMBAHASAN

  1. GAMBARAN MASYARAKAT KARIMUNJAWA
Masyarakat Karimunjawa terdiri dari banyak suku yang ada di wilayah nusantara. Antara lain: suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajo. Mereka menetap hampir beratus-ratus tahun sudah, secara turun temurun. Kini, meskipun tak banyak, masih bisa didapati sisa-sisa akar budaya asli yang diwarisi dari nenek moyang mereka. Seperti, dialek bahasa, adat istiadat perkawinan, kontruksi rumah adat dan sebagainya. Kondisi yang ada di Karimunjawa sangat berperan pada perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.Sebelum dikembangkan menjadi kawasan wisata orang-orang yang datang ke Karimunjawa sebagian besar adalah nelayan yang mengandalkan mata pencahariannya mencari ikan akan. Selain itu, ada juga masyarakat Karimunjawa yang bekerja sebagai petani, buruh tani, buruh swasta, pegawai negeri, pengrajin, pedagang, peternak, montir dan dokter.
Dari pemaparan pekerjaan yang ada di Karimunjawa, bahwa masyarakat Karimunjawa sudah mulai maju pemikirannya. Namun hal itu belum menjamin kehidupan masyarakat Karimunjawa telah tercukupi. Karena kecamatan Karimunjawa jauh dari Kota Jepara sehingga biaya hidupnya terbilang mahal.
Potensi alam di Karimunjawa sangat menjanjikan di dukung oleh panorama alam yang masih asri dan eksotik. Masyarakatnya sangat menjaga lingkungan disekitarnya seperti pantai, pulau-pulau kecil, keindahan dasar laut, dan lainnya agar tetap lestari. Hal itu salah satu potensi yang mampu mengundang para wisatawan untuk berkunjung dan menikmati indahnya panorama alam Karimunjawa.
Dengan adanya tempat wisata mampu mengajak masyarakat Karimunjawa untuk mengolah hasil alam untuk dijadikan souvenir khas Karimunjawa. Namun sayang, oleh-oleh khas tersebut masih belum menemukan cirri yang pas untuk kawasan Karimunjawa sendiri. Masyarakat Karimunjawa masih mendatangkan souvenir dari Jepara, hal tersebut menjadikan harga souvenir terbilang mahal.
Terdapat kemajuan yang signifikan dari adanya pengembangan kawasan ini, kemajuan ini dapat ditunjang oleh beberapa faktor yaitu adanya pengembangan daerah sebagai program pemerintah, dan pengembangan yang dilakukan pihak swasta sebagai investor, serta peran swadaya masyarakat yang sudah mulai maju.


Untuk mendukung adanya kegiatan pariwisata dan pembangunan terdapat akses komunikasi dari tiga perusahaan telekomunikasi yang menanamkan modalnya disana meskipun tidak menjangkau seluruh daerah, hal ini dikarenakan topografi Karimunjawa yang berbukit-bukit dengan dataran rendah yang sempit memanjang sehingga signal tidak begitu bagus.
Untuk menambah daya tarik terhadap wisatawan didatangkan kapal kaca yang disediakan bagi mereka yang ingin menuju ke pulau Parang, untuk memudahkan para wisatawan bepergian mengunjungi tempat-tempat wisata didarat, penduduk menyediakan jasa transportasi seperti angkutan bak terbuka dan tertutup bahkan menyewakan sepeda motor untuk berkeliling.
Pengembangan kawasan wisata memudahkan masuknya arus barang, modal maupun orang ke daerah akan semakin meningkatkan kompetisi antar wilayah yang sedang dikembangkan termasuk keturunan beragam suku yang tinggal didalamnya. Arus modal baik nasional maupun internasional sangat sulit untuk dihindari dalam perkembangan wilayah saat ini, akan tetapi hubungan antara pengusaha dengan penduduk di Karimunjawa tidak ditentukan oleh modal semata, tetapi juga oleh pola hubungan antar kelompok-kelompok penghuni wilayah tersebut.
Organisasi sosial yang ada terbentuk setelah adanya pengembangan kawasan wisata seperti adanya koperasi simpan pinjam, bank, perkumpulan guide dan SAR (Search and Rescue) yang lebih dikenal dengan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) yang didirikan pada tahun 2004 dengan anggota 35 orang dan jumlah ini akan bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya jumlah wisatawan. Perkumpulan angkutan dan persewaan alat selam yang hampir semuanya bergerak pada sektor ekonomi.

  1. TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT KARIMUNJAWA
Jumlah penduduk masyarakat Karimunjawa berdasarkan tingkat pendidikan:
- Belum sekolah : 512
- Tidak tamat SD : 5.378
- Tamat SD : 3.266
- Tamat SLTP : 612
- Tamat SLTA : 499
- Perguruan Tinggi : 116
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya pendidikan di Karimunjawa. Namun dengan adanya masyarakat yang sudah mengikuti pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi, hal itu menandakan sudah adanya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya hingga sarjana. Dengan itu mampu mendukung kawasan Karimunjawa agar tidak tertinggal dengan kawasan lainnya. Serta meningkatkan sumber daya manusia yang akhirnya mampu meningkatkan kecamatan Karimunjawa keranah nasional bahkan internasional.
Di kecamatan Karimunjawa ini terdapat 5 Taman Kanak-kanak, 14 Sekolah Dasar, 2 Sekolah Menengah Pertama, 1 Sekolah Menengah Kejuruan, dan 1 Madrasah Aliyah. Tingkat pendidikan di Karimunjawa yang rendah disebabkan oleh karena masih minimnya fasilitas pendidikan di Karimunjawa. Di Desa Karimunjawa belum terdapat perguruan tinggi. Lulusan
SMA di Karimunjawa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi harus pergi ke Jepara atau Semarang. Mahalnya biaya pendidikan menjadi kendala untuk masyarakat dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Mayoritas masyarakat Karimunjawa bekerja sebagai nelayan sehingga tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya. Setiap anak-anak di Karimunjawa sudah terbiasa ikut menangkap ikan dengan orang tuanya sehingga tidak dibutuhkan sekolah lebih tinggi untuk menjadi nelayan.
Kurang lebih tiga tahun yang lalu, penilik PNF mangadakan kejar paket C bagi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih tinggi. Sehingga lulusan sederajat SLTA sudah lumayan cukup di Karimunjawa.
Selain itu di pulau Karimunjawa sendiri sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini, sehingga penilik PNF berupaya untuk mendirikan PAUD bagi anak-anak usia dini. Namun hal tersebut tidak semulus yang diharapkan, karena anak-anak usia dini yang jumlahnya banyak sedangkan pelayanan PAUD yang masih terbatas, guru pengajar juga terbatas, sehingga kurang maksimal dalam memberikan pelayanan ke masyarakat terutama Karimunjawa dan desa sekitarnya. Penghasilan guru honorer juga sangat minim yaitu kurang dari Rp 200.000/bulan. SPP PAUD juga terbilang murah yaitu kurang dari Rp 15.000. hal itu juga yang mempengaruhi pendidikan di Karimunjawa.
Daya tamping layanan PAUD di Karimunjawa
No
Lokasi/ Pulau
TK/RA
PAUD Nonformal
0-2 Th
2-4 Th
4-6 Th
1.
Karimunjawa
60
-
40
-
2.
Kemujan
25
-
20
20
3.
Parang
25
-
-
-
4.
Nyamuk
25
-
-
-
5.
Genting
0
-
-
-
Jumlah
135
0
60
20

Data anak usia dini di Karimunjawa
No
Lokasi/Pulau
Kelompok usia/ tahun
Keterangan
0-2
2-4
4-6
Jumlah
1
Karimunjawa
95
84
56
235
  • Anak usia dini terfokus pada area tertentu dengan kelompok usia yg beragam.
  • Kampung Lg. Boyo sangat terpencil dgn jml anak cukup banyak tapi variasi usia tidak sebaya.
2
Kemujan
76
66
45
187
3
Parang
48
42
28
118
4
Nyamuk
29
26
17
72
5
Genting
19
17
11
47
Jumlah
267
235
157
659


Banyaknya peserta didik PAUD Formal dan Nonformal
No
Lokasi/Pulau
TK/RA
Paud Nonformal
0-2 Th
2-4 Th
4-6 Th
1
Karimunjawa
56
-
42
-
2
Kemujan+Lg. Lele
25
-
20
20
3
Parang
28
-
-
-
4
Nyamuk
17
-
-
-
5
Genting
0
-
-
-
Jumlah
168
0
62
20




Nilai daya tampung layanan Paud di Karimunjawa
No
Kelompok
AUD
Jumlah
AUD
Jumlah
DT
Prosentase
1.
0-2 Tahun
267
0
0
2.
2-4 Tahun
235
60
25,53 %
3.
4-6 Tahun
157
105
66, 88 %

Banyaknya pendidik Paud dan kualifikasi ijazah 2011
No
Status Pendidik
Jumlah
Orang
Ijazah terakhir
Sertifikat
S1
DII
SMA
1.
Guru
2
1
1
-
-
2.
Guru Pendamping
2
-
1
1
-
3.
Pengasuh
2
-
-
2
-
4.
Calon Pendidik
-
-
-
-
-
Jumlah
6
1
2
3
-


PERMASALAHAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
  • Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
  • Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
  • Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
  • Kurang memahami karakteristik anak.
  • Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
  • Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.

Permasalahan dalam merintis penyelenggaraan Program PAUD baru jalur pendidikan nonformal
  • Anak usia dini terfokus pada area tertentu.
  • Pada area tertentu tingkatan usia anak sangat bervariasi sehingga menyulitkan pengelompokan dalam membentuk kegiatan layanan.
  • Di Kampung Legong Boyo dan Alang-alang serata beberapa tempat lainnya terdapat anak usia dini yang cukup untuk membentuk kelompok kegiatan layanan baru tetapi letaknya sangat terpencil dan tidak didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik yang memadai.
  • Keterbatasan daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang mencukupi.
  • PAUD belum populer di kalangan masyarakat khususnya di Pulau Genting.
  • Pada dasarnya masyarakat Pulau Genting setuju jika dibuka program PAUD baru namun kendala utama yang dihadapi adalah kekurangfahaman prosedur perintisan dan minimnya sosialisasi program PAUD nonformal.
  • Fakta lain menunjukkan bahwa hanya 8% dari responden di Pulau Genting yang mengetahui prosedur penyelenggaraan PAUD.

  1. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KARIMUNJAWA

Masyarakat karimunjawa termasuk masyarakat yang sedang berkembang, hal tersebut dapat terlihat dengan program-program pengembangan bagi masyarakat. Seperti adanya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) , pelatihan guide yang tergabung dalam HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), pemberdayaan perempuan, ketrampilan sablon, bengkel kapal, dan industry rumah tangga.
Tujuan dilaksanakannya pemberdayaan masyarakat dengan maksud untuk lebih meningkatkan sumber daya dan potensi masyarakat, sehingga masyarakat karimunjawa dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dan juga akan lebih menjadikan masyarakat Karimunjawa menjadi orang yang terampil dan cekatan. Selain itu untuk menunjang pengembangan wisata di Karimunjawa. Namun program pemberdayaan masyarakat belum berjalan sesuai harapan karenya adanya berbagai factor yang mempengaruhinya.






BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Karimunjawa secara administratif merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Jepara. Kecamatan Karimunjawa terdiri dari empat desa antara lain Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Parang, dan Desa Nyamuk. Masyarakat Karimunjawa terdiri dari banyak suku yang ada di wilayah nusantara. Antara lain: suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajo.
Penduduk Karimunjawa sebagian besar adalah nelayan yang mengandalkan mata pencahariannya mencari ikan. Selain itu, ada juga masyarakat Karimunjawa yang bekerja sebagai petani, buruh tani, buruh swasta, pegawai negeri, pengrajin, pedagang, peternak, montir dan dokter.
Di kecamatan Karimunjawa ini terdapat 5 Taman Kanak-kanak, 14 Sekolah Dasar, 2 Sekolah Menengah Pertama, 1 Sekolah Menengah Kejuruan, dan 1 Madrasah Aliyah. Tingkat pendidikan di Karimunjawa yang rendah disebabkan oleh karena masih minimnya fasilitas pendidikan di Karimunjawa.
PERMASALAHAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
  • Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
  • Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
  • Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
  • Kurang memahami karakteristik anak.
  • Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
  • Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.
Masyarakat karimunjawa termasuk masyarakat yang sedang berkembang, hal tersebut dapat terlihat dengan program-program pengembangan bagi masyarakat. Seperti adanya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) , pelatihan guide yang tergabung dalam HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), pemberdayaan perempuan, ketrampilan sablon, bengkel kapal, dan industry rumah tangga.



LAMPIRAN







Tidak ada komentar:

Posting Komentar