LAPORAN
Identifikasi
Kebutuhan Belajar di Pulau Karimun Jawa
Disusun
untuk memenuhi tugas mata
kuliah
Asesmen
Kebutuhan Belajar
Oleh
Edy
cahyono 1201412026
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
- LatarBelakang
Kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Berhasil tidaknya
proses pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami
oleh siswa sebagai peserta didik. Oleh karena itu, kegiatan belajar
haruslah mendapat perhatian lebih dan diupayakan semaksimal mungkin
agar tujuan dari proses pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Kegiatan belajar siswa dalam
melaksanakan proses pendidikan memerlukan peran guru dalam
pembelajaran di sekolah agar tercapai tujuan pendidikan. Hal ini
tentu akan beerbeda bila kita meninjau pada suatu tempat yang jauh
dari jangkauan seperti di Karimunjawa. Banyak hal yang masih perlu
dibenahi dalam bidang pendidikan di sana. Seperti sumber belajar,
kesadaran dari masyarakat dan juga masih banyak lagi. Perkembangan
pendidikan yang diharapkan seolah masih terhambat oleh banyak
masalah-masalah social. Berdasarkan hal diatas maka laporan ini
bertujuan untuk menjadikan bahan referensi untuk perkembangan
selanjutnya bidang pendidikan di pulau karimunjawa tersebut.
- Rumusan masalah
Bagimanakah
peekembangan pendidikan dikarimunjawa?
Bagaimanakah
kebutuhan belajar yang ada di karimun jawa?
Apakah
kendala yang terjadi disana?
Bagaimanakah
usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi semua itu?
BAB II
PEMBAHASAN
Karimun
jawa adalah salah satu pulau bagian dari kota jepara. Pulau itu dapat
ditempuh dari jepara dengan menyeberang kurang lebih 6 jam dengan
menggunakan kapal penyeberangan,yaitu kapal very dan 2 jam untuk
kapal expres dari pelabuhan kartini jepara.
Perkembangan
pendidikan di karimunjawa jauh dari kata pesat. Terdapat kesenjagan
antara jumlah peserta didik dengan jumlah daya tampung dari
sekolah-sekolah baik itu formal ataupun nonformal. Dalam hal ini yang
akan kita bahas kali ini adalah tentang pemenuhan sumber belajar
dalam masyarakat karimunjawa.
Kurangnya
jumlah dan kualitas guru serta tidak meratanya sarana pendidikan.
Sejak digulirkannya Sertifikasi guru dalam jabatan, maka dampak yang
terjadi adalah meningkatnya usulan mutasi dari Karimunjawa ke daratan
Jepara. Salah satu alasan yang dipakai adalah agar mereka memperoleh
kesempatan belajar ke jenjang S1 sebagai langkah persiapan mengajukan
sertifikasi. Karena dengan cara inilah para guru mendapatkan
pengakuan profesi dan meningkat kesejahteraannya. Di sisi lain tentu
saja memicu para guru mengikuti kegiatan pelatihan, penataran,
seminar, workshop, dan kegiatan-kegiatan serupa di daratan. Meskipun
sampai sekarang belum tampak nyata, tapi jika hal ini benar-benar
terjadi maka layak menimbulkan suatu kekhawatiran tersendiri. Karena
efeknya banyak guru yang meninggalkan kelas untuk alasan tersebut.
Jika hal ini tidak segera di imbangi dengan kebijakan yang cermat
maka dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil
belajar siswa.
Hal diatas tentu tidak dapat
disalahkan karena mutasi adalah hak dari seorang guru. Yang jadi
pemikiran kita saat ini adalah, bagaimana kita bisa memenuhi sumber
belajar dikarimunjawa bila keadaan seperti itu? Memang guru bukanlah
satu-satunya sumber belajar. Masih banyak sumber belajar yang bisa
ditemui disekitar kita. Tapi tentu saja itu semua tidak akan berarti
tanpa adanya seorang pendamping yang siap membimbing.
Kendala lain yang terdapat
disana adalah kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan untuk
masa depan. Dari wawancara yang kami lakukan, sebagian besar dari
masyarakat disana kurang tertarik untuk belajar, karena tanpa belajar
pun mereka merasa sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan
warisan pekerjaan sebagai nelayan dan bertani.
Sebenarnya sudah banyak isu yang
mengatakan tentang usaha pemerintah dalam pemenuhan sumber belajar di
daerah terpencil seperti karimunjawa. Contohnya adalah Permendiknas
No. 32 tahun 2007 yang sebenarnya telah mengalokasikan dana untuk
Program Bantuan Kesejahteraan Guru (Bankes) untuk mereka yang
bertugas di daerah khusus dan belum bersertifikasi serta sudah
mengajar di daerah terpencil minimal dua tahun. Besarnya kurang lebih
adalah 1,35 juta. Tapi ternyata sampai sekarang terbukti bahwa
pemerintah belum merealisasikan hal tersebut. Dan ini tentu saja
menjadi kendala sumber belajar. Dan selain itu ternyata berdasarkan
hasil penelitian SMERU mengindikasikan bahwa pemberian bantuan
kesejahteraan kepada guru di daerah terpencil belum memberikan dampak
nyata terhadap kualitas pendidikan, khususnya terhadap tingkat
kehadiran guru di sekolah.
Selain dari yang dijelaskan
diatas tentu saja kita tahu bahwa pendidikan bukan hanya sekedar
disekolah saja. Tapi masih banyak pendidikan yang bisa didapatkan
diluar sekolah atau yang disebut pendidikan nonformal. Di karimunjawa
sendiri masih belum terdapat pendidikan non formal selain PAUD. Itu
saja masih sangat jauh dari mencukupi. Masih banyak tempat-tempat
bagian dikarimunjawa yang belum tersentuh oleh dunia pendidikan.
Jumlah PAUD di karimunjawa masih sangat kurang bila dibandingkan
dengan jumlah anak- anak peserta didik. Bahkan masih ada beberapa
pulau bagian dari karimunjawa yang sama sekali belum ada PAUD. Dengan
hal demikian tentu saja bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan
disana masih perlu dibenahi. Saat ini PUSAT Pengembangan Pendidikan
Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (P2PAUDNI) Regional 2 Semarang
tengah mengembangkan PAUD kawasan khusus, terpencil, dan pulau
terluar di Indonesia. Di Jateng, Karimunjawa menjadi proyek
percontohannya. Hal ini diharapkan bahwa, walaupun masyarakat
karimunjawa adalah masyarakat yang kuat dan bisa bertahan dengan
segala keterbatasan,tapi mereka akan menjadi lebih baik dengan adanya
pendidikan non formal disana.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang
dapat diambil dari laporan diatas adalah, bahwa pendidikan
dikarimunjawa masih dalam tahap pengembangan dan memerlukan dukungan
dari segala aspek. Baik itu pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.
Selain itu juga masih perlu adanya penyuluhan-penyuluhan tentang
pentingnya pendidikan untuk masa depan.
DaftarPustaka
Sudjana,N dan Rivai,A.2007. Teknologi Pengajaran, Bandung : Sinar
Baru
Wijaya. 2008. Belajar, Pembelajaran dan Sumber Belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar