Jumat, 28 Juni 2013

laporan edy cahyono 1201412026









LAPORAN
Identifikasi Kebutuhan Belajar di Pulau Karimun Jawa

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesmen Kebutuhan Belajar



Oleh
Edy cahyono 1201412026


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013




BAB I
PENDAHULUAN
    1. LatarBelakang
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Berhasil tidaknya proses pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Oleh karena itu, kegiatan belajar haruslah mendapat perhatian lebih dan diupayakan semaksimal mungkin agar tujuan dari proses pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan proses pendidikan memerlukan peran guru dalam pembelajaran di sekolah agar tercapai tujuan pendidikan. Hal ini tentu akan beerbeda bila kita meninjau pada suatu tempat yang jauh dari jangkauan seperti di Karimunjawa. Banyak hal yang masih perlu dibenahi dalam bidang pendidikan di sana. Seperti sumber belajar, kesadaran dari masyarakat dan juga masih banyak lagi. Perkembangan pendidikan yang diharapkan seolah masih terhambat oleh banyak masalah-masalah social. Berdasarkan hal diatas maka laporan ini bertujuan untuk menjadikan bahan referensi untuk perkembangan selanjutnya bidang pendidikan di pulau karimunjawa tersebut.
    1. Rumusan masalah
Bagimanakah peekembangan pendidikan dikarimunjawa?
Bagaimanakah kebutuhan belajar yang ada di karimun jawa?
Apakah kendala yang terjadi disana?
Bagaimanakah usaha yang mereka lakukan untuk memenuhi semua itu?







BAB II

PEMBAHASAN
Karimun jawa adalah salah satu pulau bagian dari kota jepara. Pulau itu dapat ditempuh dari jepara dengan menyeberang kurang lebih 6 jam dengan menggunakan kapal penyeberangan,yaitu kapal very dan 2 jam untuk kapal expres dari pelabuhan kartini jepara.
Perkembangan pendidikan di karimunjawa jauh dari kata pesat. Terdapat kesenjagan antara jumlah peserta didik dengan jumlah daya tampung dari sekolah-sekolah baik itu formal ataupun nonformal. Dalam hal ini yang akan kita bahas kali ini adalah tentang pemenuhan sumber belajar dalam masyarakat karimunjawa.
Kurangnya jumlah dan kualitas guru serta tidak meratanya sarana pendidikan. Sejak digulirkannya Sertifikasi guru dalam jabatan, maka dampak yang terjadi adalah meningkatnya usulan mutasi dari Karimunjawa ke daratan Jepara. Salah satu alasan yang dipakai adalah agar mereka memperoleh kesempatan belajar ke jenjang S1 sebagai langkah persiapan mengajukan sertifikasi. Karena dengan cara inilah para guru mendapatkan pengakuan profesi dan meningkat kesejahteraannya. Di sisi lain tentu saja memicu para guru mengikuti kegiatan pelatihan, penataran, seminar, workshop, dan kegiatan-kegiatan serupa di daratan. Meskipun sampai sekarang belum tampak nyata, tapi jika hal ini benar-benar terjadi maka layak menimbulkan suatu kekhawatiran tersendiri. Karena efeknya banyak guru yang meninggalkan kelas untuk alasan tersebut. Jika hal ini tidak segera di imbangi dengan kebijakan yang cermat maka dapat dipastikan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar siswa.
Hal diatas tentu tidak dapat disalahkan karena mutasi adalah hak dari seorang guru. Yang jadi pemikiran kita saat ini adalah, bagaimana kita bisa memenuhi sumber belajar dikarimunjawa bila keadaan seperti itu? Memang guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Masih banyak sumber belajar yang bisa ditemui disekitar kita. Tapi tentu saja itu semua tidak akan berarti tanpa adanya seorang pendamping yang siap membimbing.
Kendala lain yang terdapat disana adalah kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan. Dari wawancara yang kami lakukan, sebagian besar dari masyarakat disana kurang tertarik untuk belajar, karena tanpa belajar pun mereka merasa sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan warisan pekerjaan sebagai nelayan dan bertani.
Sebenarnya sudah banyak isu yang mengatakan tentang usaha pemerintah dalam pemenuhan sumber belajar di daerah terpencil seperti karimunjawa. Contohnya adalah Permendiknas No. 32 tahun 2007 yang sebenarnya telah mengalokasikan dana untuk Program Bantuan Kesejahteraan Guru (Bankes) untuk mereka yang bertugas di daerah khusus dan belum bersertifikasi serta sudah mengajar di daerah terpencil minimal dua tahun. Besarnya kurang lebih adalah 1,35 juta. Tapi ternyata sampai sekarang terbukti bahwa pemerintah belum merealisasikan hal tersebut. Dan ini tentu saja menjadi kendala sumber belajar. Dan selain itu ternyata berdasarkan hasil penelitian SMERU mengindikasikan bahwa pemberian bantuan kesejahteraan kepada guru di daerah terpencil belum memberikan dampak nyata terhadap kualitas pendidikan, khususnya terhadap tingkat kehadiran guru di sekolah.
Selain dari yang dijelaskan diatas tentu saja kita tahu bahwa pendidikan bukan hanya sekedar disekolah saja. Tapi masih banyak pendidikan yang bisa didapatkan diluar sekolah atau yang disebut pendidikan nonformal. Di karimunjawa sendiri masih belum terdapat pendidikan non formal selain PAUD. Itu saja masih sangat jauh dari mencukupi. Masih banyak tempat-tempat bagian dikarimunjawa yang belum tersentuh oleh dunia pendidikan. Jumlah PAUD di karimunjawa masih sangat kurang bila dibandingkan dengan jumlah anak- anak peserta didik. Bahkan masih ada beberapa pulau bagian dari karimunjawa yang sama sekali belum ada PAUD. Dengan hal demikian tentu saja bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan disana masih perlu dibenahi. Saat ini PUSAT Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (P2PAUDNI) Regional 2 Semarang tengah mengembangkan PAUD kawasan khusus, terpencil, dan pulau terluar di Indonesia. Di Jateng, Karimunjawa menjadi proyek percontohannya. Hal ini diharapkan bahwa, walaupun masyarakat karimunjawa adalah masyarakat yang kuat dan bisa bertahan dengan segala keterbatasan,tapi mereka akan menjadi lebih baik dengan adanya pendidikan non formal disana.














BAB III

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan diatas adalah, bahwa pendidikan dikarimunjawa masih dalam tahap pengembangan dan memerlukan dukungan dari segala aspek. Baik itu pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Selain itu juga masih perlu adanya penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan.

























DaftarPustaka
Sudjana,N dan Rivai,A.2007. Teknologi Pengajaran, Bandung : Sinar Baru
Wijaya. 2008. Belajar, Pembelajaran dan Sumber Belajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar