Jumat, 28 Juni 2013

laporan irene puspita dewi 1201412063


LAPORAN KEGIATAN KULIAH KERJA LAPANGAN
MATA KULIAH ASESMEN KEBUTUHAN BELAJAR
Identifikasi Kebutuhan Belajar Masyarakat Karimun Jawa

Nama : Irene Puspita Dewi
NIM : 1201412063
Prodi : Pendidikan Luar Sekolah
Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd
2. Hendra Dedi, S.Pd


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KATA PENGANTAR


Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kerja Lapangan dalam mata kuliah Asesmen Kebutuhan Belajar yang berjudul Identifikasi Kebutuhan Belajar Masyarakat Karimun Jawa. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Asesmen Kebutuhan Belajar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan Kegiatan Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Laporan Kegiatan Kerja Lapangan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan Kegiatan Kerja Lapangan ini.
Semoga Laporan Kegiatan Kerja Lapangan ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.






Semarang, 27 Juni 2012



Penulis





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang 4
    2. Tujuan 6
BAB II PEMBAHASAN
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan dan Saran 15
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
    1. LATAR BELAKANG
Keterbelakangan merupakan hal yang menarik untuk didiskusikan, tetapi berat untuk dirasakan. Seperti halnya seorang yang tak pernah merasakan nikmatnya hidup ketika tidak pernah merasakan keterbatasan fasilitas. Sebagian orang tak akan merasakan kesungguhan belajar ketika tak pernah merasakan sebagai kebutuhan, apalagi sekolah dengan berbagai pilihan ada di sekitar tempat tinggalnya. Begitu pun orang tak pernah merasa bersyukur ketika sakit masih bisa berobat karena dokter, puskesmas atau rumah sakit mudah dijangkau.
Melihat kemiskinan dan keterbelakangan yang nyata di depan mata biasanya yang akan dilakukan kebanyakan orang adalah lebih dulu mengeluarkan sapu tangan daripada mengeluarkan dompet dari saku atau tasnya. Terlebih bagi seorang politisi, yang akan mencalonkan diri menjadi Bupati atau anggota dewan. Berbagai kampanye simpatik, wisata iba, dan tentu saja langsung melakukan tebar pesona. Kantong-kantong masyarakat miskin dan terbelakang akan dijadikan sasaran empuk propagandanya. Mereka faham betul tentang kemiskinan di wilayah kepulauan terpencil dan sebagian besar wilayah pesisir. Di pesisirlah tempatnya kemiskinan itu berada. Data dari BPS menunjukkan  bahwa tingkat kemiskinan nelayan adalah sebesar 16,9%. Kemiskinan itu sendiri diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. 
Pulau genting, masuk dalam wilayah administratif desa Karimunjawa, kecamatan Karimunjawa, kabupaten Jepara; bukanlah negeri bajak laut sebagaimana mitos KI Ageng Gadung Wulung. Pulau ini memiliki potensi yang luar biasa, selain struktur tanahnya yang subur, pemandangan alamnya juga berpotensi besar untuk dijadikan sebagai obyek wisata. Struktur batuan yang ada di pulau ini kaya akan mineral yang bisa dikembangkan untuk kepentingan industri yang sulit dicari tandingannya. Namun sangat ironis potret buram kemiskinan dan keterbelakangan hingga saat ini masih bernaung di pulau ini. Minimnya fasilitas dan infrastruktur merupakan penyebab kawasan ini agak terbelakang dibandingkan dengan kawasan lain di kepulauan Karimunjawa. Sejak tahun 1977 hingga sekarang hanya ada satu sekolah dasar di pulau ini. Belum ada TK/Paud, SMP, atau SMU. Program Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun bagi masyarakat di pulau ini hanyalah pepesan kosong semata. Realisasinya masih jauh panggang dari api. Nikmatnya sekolah di SMP atau SMK hanyalah mimpi indah yang tak kunjung selasai. Mereka rata-rata hanya tamat SD, selebihnya sebagian yang mau melanjutkan ke SMP atau SMU harus keluar pulau. Pulau terdekat yang ada SMP dan SMK di pulau Karimunjawa dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan laut naik kapal nelayan. Itu pun tidak setiap hari ada, Jadi konsekuensinya harus indekost atau tinggal di asrama. Tak heran jika pulau ini secara perlahan tapi pasti banyak ditinggalkan masyarakatnya. Berdasarkan catatan dari mutasi penduduk di Kantor Pemerintah Desa Karimunjawa selama 3 tahun terakhir ini pindah penduduk dari pulau Genting ke Jepara mengalami peningkatan di atas normal. Pindah tetap, bukan boro kerja. Tidak sedikit pula kepindahan tersebut selanjutnya diikuti dengan penjualan aset tanah dan bagunan yang ada di pulau genting. Ini pertanda bahwa yang bersangkutan tidak punya niat untuk kembali ke pulau genting. Jika infrasruktur dan berbagai akses di pulau ini tidak segera dibenahi, maka bisa jadi nasibnya sama dengan kampung Legon Lele. Dulu daerah yang terkenal dengan Lele tak berpatil ini merupakan perkampungan kecil yang makmur. Penduduknya lumayan banyak, sekitar 35 KK. Tetapi karena minimnya akses pendidikan, transportasi dan komunikasi maka daerah ini sekarang hanya dihuni tidak lebih dari 12 KK. Tidak ada gedung sekolah di sini. Masih mending pulau genting, meskipun cuma satu sekolah. Gambaran nyata sekolah dasar di pulau terpencil ini hanya membuka pendaftaran siswa baru dua tahun sekali, alias menjalankan "program OO", yakni satu tahun on, tahun berikutnya off, karena keterbatasan jumlah calon siswa. Tahun ajaran 2011 ini SD Pulau genting membuka pendaftaran siswa baru. Itu pun jumlah siswa kelas satu yang mendaftar dan diterima hanya 9 anak. Jadi tidak heran jika pada tahun ini jumlah seluruh siswa di sekolah ini hanya 39 anak dari 4 rombongan belajar yang ada.
Kebijakan baru pemerintah tentang pendidikan kesetaraan merupakan kendala tersendiri bagi masyarakat pulau genting yang ingin mengikuti program paket B atau C. Pada dasarnya mereka sangat responsible jika ada program kejar paket. Hanya saja sampai sekarang uluran pemerintah yang ditunggu-tunggu masyarakat pulau terpencil ini tidak kunjung ada. Terlebih lagi nanti pada tahun 2012, di mana penyelenggara program kejar paket B dan C "indekost" di lembaga sekolah formal seperti SMP dan SMK, bukan lagi diselenggarakan oleh kelompok belajar masyarakat seperti tahun-tahun sebelumnya. Nasib para lulusan sekolah dasar yang ingin belajar baik melalui jalur formal maupun nonformal sama-sama sulitnya, harus menyeberang 1,5 jam ke Karimunjawa. Mereka sangat menanti uluran kebijakan pemerintah daerah agar tempat belajar bisa diboyong ke pulau Genting.
Keprihatinan yang sama bukan hanya soal pendidikan, sektor kesehatan tak jauh beda gambarannya. Di Pulau ini hanya ada satu puskesmas pembantu dengan pelayanan seadanya. Artinya tenaga medis yang rutin bertugas di sana hanyalah seorang bidan desa. Sedangkan dokter hanya berkunjung sebulan sekali setiap tanggal 17. "Masih untung karena pihak-pihak lintas sektoral memperhatikan masyarakat kami setiap bulan, menyambangi kami, bersilaturahmi, memberikan bimbingan arahan dan motivasi pembangunan" kata Arif Rahman, SE, Petinggi Karimunjawa menjelaskan. "Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran dinas instansi yang ada di Kecamatan Karimunjawa atas kerjasamanya dalam kunjungan rutin bulanan" lanjutnya. Namun pada kasus sakit mendadak, atau serius harus segera di bawa ke Karimunjawa atau ke Jepara. Cuaca buruk merupakan pertimbangan tersendiri bagi mereka untuk mengirim pasien. Jika situasi ini terjadi, disaat gelombang besar dan petugas kesehatan tidak berada di lokasi, tak jarang para ibu-ibu ramai-ramai datang ke Karimunjawa hanya untuk mendapatkan suntik KB dan pasang alat kontrasepsi. Maklum karena sampai sekarang alat transportasi di pulau ini masih mengandalkan kapal nelayan penangkap ikan. Belum ada kapal penumpang khusus yang melayani rute pelayaran P. Genting - Karimunjawa, atau P. Genting - Jepara. Kehadiran kapal nelayan penangkap ikan sekaligus sebagai urat nadi perekonomian masyarakat yang tinggal di pulau ini. Semua barang kebutuhan seperti sembako dan barang dagangan yang lainnya juga diangkut dari Jepara ke Pulau Genting dengan Kapal ini. Tidak ada pasar di pulau ini. Masyarakat menjual hasil bumi dan hasil tangkapan ikannya ke Jawa. Beras, sabun, minyak tanah, bensin dan kebutuhan lainnya pun dibawa dari daratan Jawa melalui Jepara, yang terletak sekitar 83 kilometer atau naik perahu enam jam.
Listrik juga merupakan masalah serius di sini. Bagi masyarakat yang berduit mereka mampu membeli fasilitas listrik tenaga surya. Tapi bagi sebagian yang lain listrik hanya hidup mulai jam 18:00 sampai 23:00 WIB. Alhamdulillah pemerintah daerah dan pihak ESDM propinsi baru-baru ini memberikan batuan genset dan perangkat solar cell untuk masyarakat genting yang dikelola oleh PLTD Kecamatan. Sehingga kini krisis listrik utamanya pada malam hari Pulau Genting tak lagi gelap seperti dulu, meskipun hanya paroh malam.  Melihat gejala yang nyata bahwa kehidupan masyarakat di sini sangatlah sederhana, kalau tidak mau dipandang sebagai masyarakat miskin dan terbelakang.

    1. TUJUAN
  1. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mahasiswa dalam menentukan kebutuhan masyrakat khususnya tentang pendidikan.
  2. Memberikan bekal nyata kepada mahasiswa agar bisa memahami kebutuhan masyarakat dan menghayati masalah yang sangat komplek yang dihadapi oleh masyarakat dalam pembangunan dan belajar menanggulangi masalah-masalah secar pragmatis dan menggunakan langkah-langkah yang persuasif.
  3. Memberikan bekal nyata kepada mahasiswa tentang lingkungan kerja dan permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya serta belajar untuk menyelesaikan segala permasalahan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang telah dipelajari.
  4. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dari kondisi masyarakat yang di kunjungi dan belajar menjadi suatu anggota tim kerja yang baik di masyarakat dan mengabdikan ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan masyarakat.
  5. Memberikan kesempatan mahasiswa agar menjadi innovator, motivator, dan problem solver dalam menyikapi setiap permasalahan baik dalam masyarakat maupun lingkungan kerja.





















BAB II
PEMBAHASAN

Mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Semarang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke pulau Pasinaon Karimunjawa guna mengidentifikasi kebutuhan masyarakat kepulauan Karimun Jawa. Kegiatan KKL berlangsung selama 4 hari 3 malam mulai dari tanggal 17 juni 2012 sampai dengan 20 juni 2013. Rombongan menggunakan transportasi darat dari semarang menuju pelabuhan jepara menggunakan Bus dan menggunakan transportasi laut menggunakan kapal Ferry Muria dari pelabuhan jepara menuju Karimun Jawa. Pada kegiatan KKL penyampaian materi sekaligus pemberi informasi mengenai karimun jawa di berikan oleh penilik PNF kecamatan Karimun Jawa Bapak Kundori, S.Pd.

LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH PULAU KARIMUN JAWA
KEPULAUAN KARIMUNJAWA DI KELILINGI LAUT JAWA TERLETAK PADA KOORDINAT:
  • 5°40΄39” - 5°55’00” LS dan 110°05΄57” - 110°31΄15” BT
  • Berjarak 45 mil laut / 83 km dari Jepara
  • Berjarak 60 mil laut / 110 km dari Semarang
  • Wilayah Karimunjawa meliputi:
- 7.120 Ha daratan
- 110.117 Ha perairan
- Terdiri dari 27 pulau besar dan kecil dan
- 5 Pulau yang berpenghuni
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR PADA MASYARAKAT KARIMUN JAWA
DILIHAT DARI SEGI PESERTA DIDIK
Pada Undang-Undang Khusus yang mengatur tentang anak yaitu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 53 ayat (1): Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak telantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil. Implikasi undang-undang itu adalah anak dari keluarga tidak mampu akan mendapatkan biaya pendidikan secara cuma-cuma dari pemerintah. Permasalahannya, bagaimana pemerintah menyosialisasikan dan membuat masyarakat mudah mengaksesnya.
Karimunjawa berpenduduk lebih dari 8.000 jiwa di lima pulau yang berpenghuni. Tiga suku utama yang menghuni Karimunjawa adalah suku Jawa yang bertani dan memproduksi alat kebutuhan rumah tangga, suku Bugis yang adalah pelaut andal sehingga berprofesi sebagai nelayan, dan suku Madura yang juga berprofesi sebagai nelayan tetapi memiliki kelebihan membuat ikan kering.
Pendidikan di Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU. Selain memiliki sekitar 10 SD (lima di Karimun, tiga di Kemujan dan masing-masing satu di Parang dan Genting), Karimunjawa juga memiliki satu SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMK Negeri jurusan Budidaya Rumput Laut serta Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan yang merupakan sekolah gratis, serta satu Madrasah Aliyah di Kemujan. Terdapat 8 TK yang tersebar di 3 desa, TK tersebut semuanya adalah milik swasta. Di Kecamatan Karimun Jawa juga sudah di dirikan PAUD jumlahnya 4 buah yaitu PAUD Akhlakhul Karimah, PAUD Permata gunda 1, PAUD permata Gunda 2, PAUD Lukmanul Hakim. Rata-rata 1 PAUD menampung 30-40 anak.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sedang digalakkan di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Pendidikan anak memang harus dimulai sejak dini, agar anak bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal.
Siswa yang sebelumnya memperoleh PAUD akan sangat berbeda dengan siswa yang sama sekali tidak tersentuh PAUD baik informal maupun nonformal. Ibarat jalan masuk menuju pendidikan dasar, PAUD memuluskan jalan itu sehingga anak menjadi lebih mandiri, lebih disiplin, dan lebih mudah mengembangkan kecerdasan majemuk anak.
Pemerintah harus lebih tanggap pada fenomena tersebut, karena dengan memperbolehkan anak masuk SD tanpa melalui TK berarti telah mengabaikan suatu pendidikan di usia dini yang paling dasar bagi anak. Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam. Kebijakan pemerintah kabupaten akan ikut menentukan nasib anak serta kualitas anak di masa depan.
Masa depan yang berkualitas tidak datang dengan tiba-tiba, oleh karena itu lewat PAUD kita pasang pondasi yang kuat agar di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas. Di samping pemerintah, masyarakat adalah komunitas yang sangat berperan untuk mengembangkan PAUD. Jika kendalanya masalah biaya, masyarakat dalam hal ini lembaga penyelenggara PAUD bisa menyiasatinya dengan mereduksi biaya melalui kreativitas membuat alat peraga sendiri, menghilangkan kewajiban seragam, serta memenuhi gizi anak-anak PAUD melalui program pemerintah.
Alternatif lain PAUD bisa diselenggarakan oleh kelompok perempuan di masyarakat, dengan membekali diri melalui pelatihan PAUD (banyak organisasi/LSM yang bersedia mmeberikan pelatihan cuma-cuma). Mereka bisa bergantian menjadi pendamping anak-anak pada PAUD. Tentu saja untuk menerapkan ide ini diperlukan inisiasi pemerintah untuk menyosialisasikan serta memberdayakan masyarakat terutama di daerah terpencil. PAUD nonformal khusus seperti Taman Pendidikan Alquran juga bisa diintegrasikan dengan PAUD umum yang bertujuan mengoptimalkan pengembangan kecerdasan majemuk anak.
Namun terdapat permasalahan dalam penyelenggaraan dan peningkatan kualitas PAUD di kecamatan Karimun Jawa. Hal itu disebabkan karena :
  1. Permasalahan pada pendidik yaitu : Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar, Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi. Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran, Kurang memahami karakteristik anak, Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
  2. Anak usia dini terfokus pada area tertentu. Untuk daerah di pulau-pulau terpencil belum terjamah. Contohnya saja di Kampung Legong Boyo dan Alang-alang serata beberapa tempat lainnya terdapat anak usia dini yang cukup untuk membentuk kelompok kegiatan layanan baru tetapi letaknya sangat terpencil dan tidak didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik yang memadai.
  3. Pada area tertentu tingkatan usia anak sangat bervariasi sehingga menyulitkan pengelompokan dalam membentuk kegiatan layanan.
  4. Keterbatasan daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang mencukupi.
  5. PAUD belum populer di kalangan masyarakat khususnya di Pulau Genting. Pada dasarnya masyarakat Pulau Genting setuju jika dibuka program PAUD baru namun kendala utama yang dihadapi adalah kekurang fahaman prosedur perintisan dan minimnya sosialisasi program PAUD nonformal. Hanya 8 % saja rensponden dari pulau genting yang memahami prosedur pelaksanaan PAUD.
HOMESCHOOLING : Alternatif Pengganti Sekolah Formal di Karimun Jawa
Pengertian homeschooling secara umum adalah model pendidikan alternatif, atau proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur, dan terarah yang dilakukan orangtua, keluarga, dan lingkungan yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan dan proses pembelajarannya. Sehingga, anak dapat mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuannya. Orangtua menganggap homeschooling lebih aman karena dapat memantau perkembangan minat dan bakat si anak secara langsung. Alternatif ini memberikan kesempatan pada anak untuk belajar apa saja yang diminati, belajar di mana saja yang disukai, belajar kapan saja yang diinginkan dan belajar dari siapa saja yang mencerahkan. Karena belajar itu hak, bukan kewajiban. Belajar itu menyenangkan, bukan membebani.
Model pendidikan ini justru sangat tepat menjadi alternatif untuk daerah pulau-pulau kecil di kepulauan Karimunjawa seperti di pulau Nyamuk, dan pulau Genting yang belum ada satu pun SMP dan sekolah formal yang sederajat dengan itu, serta pulau-pulau lain yang belum tersedia lembaga / sekolah formal mulai dari PAUD sampai SMU. Terlebih jika memperhatikan kecenderungan para perantau pekerja wisata yang mengajak anak-anaknya tinggal bersama di asrama pemilik resort, cottage, bungalow, villa yang tersebar di pulau-pulau kecil seperti pulau Menyawakan, pulau Tengah, Sambangan, Geleang, dsb. Dalam kondisi bagaimana pun dan di mana pun, anak harus mendapatkan pendidikan. Membiarkan mereka begitu saja sama halnya menelantarkan anak. Pendidikan anak dalam kondisi dan tempat seperti ini jangan ditafsirkan secara normatif, dalam arti, si anak tidak harus keluar dari rumah, bertemu gedung yang bernama sekolah lalu kemudian menyatu dengan kehidupan sosial di sekolah. Seandainya anak-anak memang tidak mampu ke sekolah umum, maka homeschooling mampu menjadi sarana untuk menyelamatkan martabat mereka sebagai seorang anak. Kelak ketika mereka bertemu dengan anak-anak seusianya, maka pemikiran mereka bisa  tetap sama.
Sekolah formal masih tepat untuk mengembangkan dan melatih psiko sosial anak, namun dalam kondisi sedemikian rupa  homeschooling dianggap lebih baik daripada anak tidak mendapatkan pendidikan sama sekali. Hanya saja yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana membuat homeschooling tetap setara dan menyajikannya sesuai porsi, karena ini penting untuk mencegah anak-anak merasa terasing. Peran orangtua selain bekerja pada majikan harus  mengatur jadwal dan menentukan perkembangan anak dari waktu ke waktu. Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah. untuk itu diperlukan suatu pengetahuan yang lengkap tentang bagaimana mengelola homeschooling, bagaimana kurikulumnya, bahan dan sumber belajar, teknik dan metode pembelajarannya.
Beberapa metode dari berbagai sumber yang biasa diterapkan dalam homescooling adalah:

1. Metode klasik homeschooling Tahap pertama dari metode ini dimulai ketika siswa memelajari cara belajar dan mengasah kemampuan untuk mengingat banyak hal. Tahap selanjutnya, sudah ada sambungan yang mulai tercipta dari fakta-fakta yang sudah dipelajari. Tahap ketiga,  ketika siswa sudah bisa menggunakan sambungan dari fakta-fakta, bisa merumuskan dan mengartikulasikan fakta tersebut dengan pendapatnya sendiri.
Metode ini baik digunakan jika Anda : a. terstruktur; b. memiliki keinginan untuk mengevaluasi cara belajar anak Anda berdasarkan standar akademik; 
c. melihat nilai dari pendidikan yang menempatkan keutamaan pada kata-kata tertulis, baik dalam membaca dan menulis; d. ingin berkonsentrasi pada sastra klasik barat sebagai alat untuk mengembangkan pemikirian kritis; e. memiliki anak yang berorientasi akademis

2. Metode Charlotte Mason Charlotte Mason adalah seorang pendidik Inggris yang metode pengajarannya menggunakan metode yang unik. Banyak homeschoolers menggunakan metode tersebut untuk mengajar putra-putrinya. Kenapa? a. pelajarannya relatif singkat; b. membuat narasi (dalam bentuk tulisan maupun lisan tergantung pada usia anak); c. memiliki ujian (ujian dilakukan mengambil teori yang sudah dipelajari selama 12 minggu); d. memelajari gambar; e. memelajari musik; f. mempelajari peta, g. memiliki banyak subjek pelajaran.

3. Metode berbasis computer
Metode homeschooling menggunakan komputer menjadi lebih populer. Ada peningkatan varietas bagaimana siswa menggunakan komputer sebagai sarana homeschooling mereka. Kurikulum menggunakan komputer memiliki CD atau DVD sebagai sarananya. Selain itu,  bisa juga mengambil kelas gratis secara online. Jadi, anak dibebaskan untuk memilih yang ia sukai.
Beberapa keuntungan menggunakan homeschooling berbasis komputer: a. melihat nilai menggunakan teknologi modern dan tidak memiliki kekhawatiran berlebih dalam penggunaannya; b. harus menemukan cara untuk tidak banyak terlibat dalam proses sehari-hari. Namun, Anda harus selalu ada jika dibutuhkan untuk memberi bantuan dan bimbingan umum; c. harus mempunyai anak yang senang bekerja dengan kecepatan dan menggunakan komputer.

4. Metode elektik Seperti namanya, dalam metode ini orangtua cenderung menggunakannya berbagai metode homeschooling yang tergantung pada kebutuhan anak. Daripada terhambat dengan satu filosofi atau satu metode, lebih baik mengambil sedikit dari berbagai metode.
Namun, metode ini bersifat umum dan baik dilaksanakan jika Anda: a. tidak berkeberatan untuk mencari bahan yang sesuai dengan minat anak Anda; b. tidak keberatan untuk mengikuti gaya dan urutan serta tidak senang menggabung beberapa kurikulum; c. melihat nilai dengan menggunakan berbagai kurikulum dan metode homeschooling yang berbeda. Karena dengan melihat banyak metode homeschooling membuat Anda bisa memilih metode terbaik bagi anak Anda; d. memiliki anak yang fleksibel dalam melakukan pembelajaran.

5. Metode textbook atau sekolah tradisional Metode homeschooling berbasis model pada ide tradisional dari sebuah sekolah dengan menggunakan workbook atau buku pelajaran. Belajar dengan menggunakan buku yang digunakan di sekolah mengurangi potensi kesenjangan antara pelajaran yang dipelajari siswa.
Metode ini baik dilaksanakan jika Anda: a. ingin anak Anda belajar materi yang sama dengan yang diajarkan di sekolah; b. memelajari cara belajar di sekolah dan anak Anda ingin melakukannya; c. ingin anak Anda dapat menjawab soal dengan baik seperti mengisi titik dibawah ini atau puzzles; d. metode ini memiliki ide yang pasti tentang konten apa saja yang ingin anak Anda pelajari.

6. Metode independen atau belajar sendiri Di dalam metode homeschooling independen, orangtua membantu anak untuk belajar cara belajar, kemudian secara bertahap anak akan menggunakan alat-alat membaca, menulis, aritmatika sendirian. Orangtua tidak hadir untuk mengajar, tetapi lebih untuk membantu anak dalam proses mengembangkan keyakinan agar anak bisa belajar sendiri.
Metode ini bisa berhasil jika Anda: a. ingin anak Anda mengembangkan kemampuan untuk belajar sendiri; b. melihat anak Anda mengembangkan keterampilan belajar yang baik selain bantuan keterlibatan Anda; c. Lebih suka memiliki anak yang mengembangkan strategi belajar yang baik dan manajemen waktu sendiri daripada bertanggungjawab kepada orang lain di luar keluarga.

Selain metode di atas hendaknya orangtua memastikan punya cukup waktu untuk menemani anak, membuat sendiri kurikulum, mengadministrasikan penyelenggaraan secara disiplin sama dengan sekolah reguler seperti menyimpan sendiri catatan perkembangan dan nilai anak, absensi hadir, karya-karya anak, nilai-nilai tes, dan jurnal pembelajaran dan batas pelajaran.

DILIHAT DARI SEGI PENDIDIK
Permasalahan yang membuat para guru dan PNS yang bertugas di daerah ini bukan saja soal kesejahteraannya saja, perumahan dinas dan alat transportasi merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Minimnya sarana ini tampak jelas setelah mendapatkan keluhan dari para guru SD yang baru saja diterjunkan ke daerah ini.
Dan juga adapun permasalahan-permasalahan dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran :
  • Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
  • Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
  • Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
  • Kurang memahami karakteristik anak.
  • Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
  • Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.

Tetapi disisi lain pemerintah Pemerintah melalui Kemendikbud telah mengupayakan kesejahteraan pendidik melalui program baru yang diperuntukan bagi guru wiyata bakti yang telah mengabdi sekurang-kurangnya 1 tahun di daerah terpencil. Program ini bernama Sarjana Mendidik  di Daerah Terpencil Terluar Tertinggal (SM3T). Program SM3T pelaksanaannya di bawah Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Sebenarnya beberapa daerah terpencil seperti Karimunjawa bukanlah kekurangan tenaga guru, banyak sarjana dan lulusan LPTK di sana. Hanya saja pihak-pihak yang memfasilitasi putra daerah untuk mengikuti program ini belum maksimal. Sehingga banyak diantara  guru honorer yang ber-IPK tinggi di wilayah kepulauan ini sama sekali belum mengetahui program tersebut. Dari sinilah hendaknya Pemkab lebih berperan aktif mensosialisasikan, melakukan rekruetmen, dan memfasilitasi pendaftaran ke LPTK. Jika peserta PPGT berasal dari luar daerah 3T, kewajiban Pemkab justru hingga sampai pada tingkat mengirim peserta ke tiap-tiap sekolah yang dituju. Bahkan bila mana perlu menyiapkan Kartu Tanda Penduduk bagi peserta, karena peserta tidak tinggal sehari-dua hari tetapi setahun.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
    1. KESIMPULAN
Melalui Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan yang diadakan jurusan PLS UNNES ini, dapat mengetahui tentang kebutuhan-kebutuhan belajar masyarakat Karimun Jawa. Yang disini Kepulauan Karimun Jawa merupakan salah satu daerah yang kaya akan potensi sumberdaya alamnya, di sana juga sebagai salah satu sektor pariwisata yang sangat indah dan masih terjaga. Banyak sekali daerah yang perlu dikembangkan untuk dapat memajukan daerah tersebut tetapi berkesinambungan dengan kelestarian lingkungannya. Untuk itu masyarakat perlu di berikan arahan, dorongan dan pelatihan serta fasilitas untuk lebih mengembangkan wilayah Karimun Jawa.
Selain itu, pendidikan sejak dini perlu juga ditanamkan dalam masyarakat karimun jawa, serta pendidikan tentang kepariwisataan perlu ditingkatkan karena ke depan Kaarimun Jawa akan menjadi salah satu obyek wisata yang patut di perhitungkan karena keindahan alamnya. Di samping tentang pendidikan, fasilitas-fasilitas serta pembangunan di Karimun Jawa juga perlu di perbaiki dan tingkatkan untuk menambah kenyaman para turis.

    1. SARAN
Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan kesejahteraan pendidik di daerah Karimun Jawa, karena peningkatan kesejahteraaan pendidik akan meningkatkan pula kualitas pendidik serta peserta didik. Peningkatan pembangunan serta fasilitas-fasilitas juga seharusnya menjadi PR untuk pemerintah, karena walaupun Karimun Jawa termasuk wilayah terpencil, tetapi Karimun Jawa adalah salah obyek wisata yang patut di perhitungkan sehingga akan lebih menambah daya tarik pengunjung pulau Karimun Jawa.

lampiran


DAFTAR PUSTAKA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar