LAPORAN
KEGIATAN KULIAH KERJA LAPANGAN
MATA
KULIAH ASESMEN KEBUTUHAN BELAJAR
“Identifikasi
Kebutuhan
Belajar
Masyarakat Karimun Jawa”
Nama : Irene
Puspita Dewi
NIM : 1201412063
Prodi : Pendidikan
Luar Sekolah
Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd
2. Hendra Dedi,
S.Pd
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kegiatan
Kerja
Lapangan dalam mata kuliah Asesmen Kebutuhan Belajar yang
berjudul
“Identifikasi
Kebutuhan
Belajar
Masyarakat Karimun Jawa”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Asesmen
Kebutuhan Belajar.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga Laporan
Kegiatan
Kerja Lapangan
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Laporan Kegiatan
Kerja Lapangan
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan
Kegiatan
Kerja
Lapangan ini.
Semoga
Laporan
Kegiatan
Kerja
Lapangan ini
dapat
memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Semarang,
27
Juni
2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL 1
KATA
PENGANTAR
2
DAFTAR
ISI 3
BAB
I PENDAHULUAN
- Latar Belakang 4
- Tujuan 6
BAB
II PEMBAHASAN
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
dan Saran
15
LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Keterbelakangan
merupakan hal yang menarik untuk didiskusikan, tetapi berat untuk
dirasakan.
Seperti
halnya seorang yang tak pernah merasakan nikmatnya hidup ketika tidak
pernah merasakan keterbatasan fasilitas.
Sebagian
orang tak akan merasakan kesungguhan belajar ketika tak pernah
merasakan sebagai kebutuhan, apalagi sekolah dengan berbagai pilihan
ada di sekitar tempat tinggalnya. Begitu pun orang tak pernah merasa
bersyukur ketika sakit masih bisa berobat karena dokter, puskesmas
atau rumah sakit mudah dijangkau.
Melihat kemiskinan dan keterbelakangan yang nyata di depan mata biasanya yang akan dilakukan kebanyakan orang adalah lebih dulu mengeluarkan sapu tangan daripada mengeluarkan dompet dari saku atau tasnya. Terlebih bagi seorang politisi, yang akan mencalonkan diri menjadi Bupati atau anggota dewan. Berbagai kampanye simpatik, wisata iba, dan tentu saja langsung melakukan tebar pesona. Kantong-kantong masyarakat miskin dan terbelakang akan dijadikan sasaran empuk propagandanya. Mereka faham betul tentang kemiskinan di wilayah kepulauan terpencil dan sebagian besar wilayah pesisir. Di pesisirlah tempatnya kemiskinan itu berada. Data dari BPS menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan nelayan adalah sebesar 16,9%. Kemiskinan itu sendiri diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Melihat kemiskinan dan keterbelakangan yang nyata di depan mata biasanya yang akan dilakukan kebanyakan orang adalah lebih dulu mengeluarkan sapu tangan daripada mengeluarkan dompet dari saku atau tasnya. Terlebih bagi seorang politisi, yang akan mencalonkan diri menjadi Bupati atau anggota dewan. Berbagai kampanye simpatik, wisata iba, dan tentu saja langsung melakukan tebar pesona. Kantong-kantong masyarakat miskin dan terbelakang akan dijadikan sasaran empuk propagandanya. Mereka faham betul tentang kemiskinan di wilayah kepulauan terpencil dan sebagian besar wilayah pesisir. Di pesisirlah tempatnya kemiskinan itu berada. Data dari BPS menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan nelayan adalah sebesar 16,9%. Kemiskinan itu sendiri diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Pulau
genting, masuk dalam wilayah administratif desa Karimunjawa,
kecamatan Karimunjawa, kabupaten Jepara; bukanlah negeri bajak laut
sebagaimana mitos KI Ageng Gadung Wulung. Pulau ini memiliki potensi
yang luar biasa, selain struktur tanahnya yang subur, pemandangan
alamnya juga berpotensi besar untuk dijadikan sebagai obyek wisata.
Struktur batuan yang ada di pulau ini kaya akan mineral yang bisa
dikembangkan untuk kepentingan industri yang sulit dicari
tandingannya. Namun sangat ironis potret buram kemiskinan dan
keterbelakangan hingga saat ini masih bernaung di pulau ini. Minimnya
fasilitas dan infrastruktur merupakan penyebab kawasan ini agak
terbelakang dibandingkan dengan kawasan lain di kepulauan
Karimunjawa. Sejak tahun 1977 hingga sekarang hanya ada satu sekolah
dasar di pulau ini. Belum ada TK/Paud, SMP, atau SMU. Program Wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun bagi masyarakat di pulau ini
hanyalah pepesan kosong semata. Realisasinya masih jauh panggang dari
api. Nikmatnya sekolah di SMP atau SMK hanyalah mimpi indah yang tak
kunjung selasai. Mereka rata-rata hanya tamat SD, selebihnya sebagian
yang mau melanjutkan ke SMP atau SMU harus keluar pulau. Pulau
terdekat yang ada SMP dan SMK di pulau Karimunjawa dengan jarak
tempuh sekitar 1,5 jam perjalanan laut naik kapal nelayan. Itu pun
tidak setiap hari ada, Jadi konsekuensinya harus indekost atau
tinggal di asrama. Tak heran jika pulau ini secara perlahan tapi
pasti banyak ditinggalkan masyarakatnya. Berdasarkan catatan dari
mutasi penduduk di Kantor Pemerintah Desa Karimunjawa selama 3 tahun
terakhir ini pindah penduduk dari pulau Genting ke Jepara mengalami
peningkatan di atas normal. Pindah tetap, bukan boro kerja. Tidak
sedikit pula kepindahan tersebut selanjutnya diikuti dengan penjualan
aset tanah dan bagunan yang ada di pulau genting. Ini pertanda bahwa
yang bersangkutan tidak punya niat untuk kembali ke pulau genting.
Jika infrasruktur dan berbagai akses di pulau ini tidak segera
dibenahi, maka bisa jadi nasibnya sama dengan kampung Legon Lele.
Dulu daerah yang terkenal dengan Lele tak berpatil ini merupakan
perkampungan kecil yang makmur. Penduduknya lumayan banyak, sekitar
35 KK. Tetapi karena minimnya akses pendidikan, transportasi dan
komunikasi maka daerah ini sekarang hanya dihuni tidak lebih dari 12
KK. Tidak ada gedung sekolah di sini. Masih mending pulau genting,
meskipun cuma satu sekolah.
Gambaran
nyata sekolah dasar di pulau terpencil ini hanya membuka pendaftaran
siswa baru dua tahun sekali, alias menjalankan "program
OO",
yakni satu tahun on, tahun berikutnya off, karena keterbatasan jumlah
calon siswa. Tahun ajaran 2011 ini SD Pulau genting membuka
pendaftaran siswa baru. Itu pun jumlah siswa kelas satu yang
mendaftar dan diterima hanya 9 anak. Jadi tidak heran jika pada tahun
ini jumlah seluruh siswa di sekolah ini hanya 39 anak dari 4
rombongan belajar yang ada.
Kebijakan
baru pemerintah tentang pendidikan kesetaraan merupakan kendala
tersendiri bagi masyarakat pulau genting yang ingin mengikuti program
paket B atau C. Pada dasarnya mereka sangat responsible jika ada
program kejar paket. Hanya saja sampai sekarang uluran pemerintah
yang ditunggu-tunggu masyarakat pulau terpencil ini tidak kunjung
ada. Terlebih lagi nanti pada tahun 2012, di mana penyelenggara
program kejar paket B dan C "indekost"
di lembaga sekolah formal seperti SMP dan SMK, bukan lagi
diselenggarakan oleh kelompok belajar masyarakat seperti tahun-tahun
sebelumnya. Nasib para lulusan sekolah dasar yang ingin belajar baik
melalui jalur formal maupun nonformal sama-sama sulitnya, harus
menyeberang 1,5 jam ke Karimunjawa. Mereka sangat menanti uluran
kebijakan pemerintah daerah agar tempat belajar bisa diboyong ke
pulau Genting.
Keprihatinan
yang sama bukan hanya soal pendidikan, sektor kesehatan tak jauh beda
gambarannya. Di Pulau ini hanya ada satu puskesmas pembantu dengan
pelayanan seadanya. Artinya tenaga medis yang rutin bertugas di sana
hanyalah seorang bidan desa. Sedangkan dokter hanya berkunjung
sebulan sekali setiap tanggal 17. "Masih untung karena
pihak-pihak lintas sektoral memperhatikan masyarakat kami setiap
bulan, menyambangi kami, bersilaturahmi, memberikan bimbingan arahan
dan motivasi pembangunan" kata Arif Rahman, SE, Petinggi
Karimunjawa menjelaskan. "Saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran dinas instansi yang ada di
Kecamatan Karimunjawa atas kerjasamanya dalam kunjungan rutin
bulanan" lanjutnya. Namun pada kasus sakit mendadak, atau serius
harus segera di bawa ke Karimunjawa atau ke Jepara. Cuaca buruk
merupakan pertimbangan tersendiri bagi mereka untuk mengirim pasien.
Jika situasi ini terjadi, disaat gelombang besar dan petugas
kesehatan tidak berada di lokasi, tak jarang para ibu-ibu ramai-ramai
datang ke Karimunjawa hanya untuk mendapatkan suntik KB dan pasang
alat kontrasepsi. Maklum karena sampai sekarang alat transportasi di
pulau ini masih mengandalkan kapal nelayan penangkap ikan. Belum ada
kapal penumpang khusus yang melayani rute pelayaran P. Genting -
Karimunjawa, atau P. Genting - Jepara. Kehadiran kapal nelayan
penangkap ikan sekaligus sebagai urat nadi perekonomian masyarakat
yang tinggal di pulau ini. Semua barang kebutuhan seperti sembako dan
barang dagangan yang lainnya juga diangkut dari Jepara ke Pulau
Genting dengan Kapal ini. Tidak ada pasar di pulau ini. Masyarakat
menjual hasil bumi dan hasil tangkapan ikannya ke Jawa. Beras, sabun,
minyak tanah, bensin dan kebutuhan lainnya pun dibawa dari daratan
Jawa melalui Jepara, yang terletak sekitar 83 kilometer atau naik
perahu enam jam.
Listrik
juga merupakan masalah serius di sini. Bagi masyarakat yang berduit
mereka mampu membeli fasilitas listrik tenaga surya. Tapi bagi
sebagian yang lain listrik hanya hidup mulai jam 18:00 sampai 23:00
WIB. Alhamdulillah pemerintah daerah dan pihak ESDM propinsi
baru-baru ini memberikan batuan genset dan perangkat solar cell untuk
masyarakat genting yang dikelola oleh PLTD Kecamatan. Sehingga kini
krisis listrik utamanya pada malam hari Pulau Genting tak lagi gelap
seperti dulu, meskipun hanya paroh malam.
Melihat
gejala yang nyata bahwa kehidupan masyarakat di sini sangatlah
sederhana,
kalau tidak mau dipandang
sebagai
masyarakat
miskin dan terbelakang.
- TUJUAN
- Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mahasiswa dalam menentukan kebutuhan masyrakat khususnya tentang pendidikan.
- Memberikan bekal nyata kepada mahasiswa agar bisa memahami kebutuhan masyarakat dan menghayati masalah yang sangat komplek yang dihadapi oleh masyarakat dalam pembangunan dan belajar menanggulangi masalah-masalah secar pragmatis dan menggunakan langkah-langkah yang persuasif.
- Memberikan bekal nyata kepada mahasiswa tentang lingkungan kerja dan permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya serta belajar untuk menyelesaikan segala permasalahan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang telah dipelajari.
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dari kondisi masyarakat yang di kunjungi dan belajar menjadi suatu anggota tim kerja yang baik di masyarakat dan mengabdikan ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan masyarakat.
- Memberikan kesempatan mahasiswa agar menjadi innovator, motivator, dan problem solver dalam menyikapi setiap permasalahan baik dalam masyarakat maupun lingkungan kerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
Mahasiswa
jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Semarang melakukan
kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke pulau Pasinaon Karimunjawa
guna mengidentifikasi kebutuhan masyarakat kepulauan Karimun Jawa.
Kegiatan KKL berlangsung selama 4 hari 3 malam mulai dari tanggal 17
juni 2012 sampai dengan 20 juni 2013. Rombongan menggunakan
transportasi darat dari semarang menuju pelabuhan jepara menggunakan
Bus dan menggunakan transportasi laut menggunakan kapal Ferry Muria
dari pelabuhan jepara menuju Karimun Jawa. Pada kegiatan KKL
penyampaian materi sekaligus pemberi informasi mengenai karimun jawa
di berikan oleh penilik PNF kecamatan Karimun Jawa Bapak Kundori,
S.Pd.
LETAK
GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH PULAU KARIMUN JAWA
KEPULAUAN
KARIMUNJAWA DI KELILINGI LAUT JAWA TERLETAK PADA KOORDINAT:
- 5°40΄39” - 5°55’00” LS dan 110°05΄57” - 110°31΄15” BT
- Berjarak 45 mil laut / 83 km dari Jepara
- Berjarak 60 mil laut / 110 km dari Semarang
- Wilayah Karimunjawa meliputi:
-
7.120 Ha daratan
-
110.117 Ha perairan
-
Terdiri dari 27 pulau besar dan kecil dan
-
5 Pulau yang berpenghuni
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN BELAJAR PADA MASYARAKAT KARIMUN JAWA
DILIHAT
DARI SEGI PESERTA DIDIK
Pada Undang-Undang
Khusus yang mengatur tentang anak yaitu dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 53
ayat (1): Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya
pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak
dari keluarga tidak mampu, anak telantar, dan anak yang bertempat
tinggal di daerah
terpencil. Implikasi undang-undang itu adalah anak dari keluarga
tidak mampu akan mendapatkan biaya pendidikan secara cuma-cuma
dari pemerintah. Permasalahannya, bagaimana pemerintah
menyosialisasikan dan membuat masyarakat mudah mengaksesnya.
Karimunjawa
berpenduduk lebih dari 8.000 jiwa di lima pulau yang berpenghuni.
Tiga suku utama yang menghuni Karimunjawa
adalah suku
Jawa yang bertani dan memproduksi alat kebutuhan
rumah tangga, suku
Bugis yang adalah pelaut andal sehingga berprofesi
sebagai nelayan, dan suku
Madura yang juga berprofesi sebagai nelayan tetapi
memiliki kelebihan membuat ikan kering.
Pendidikan di
Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU.
Selain memiliki sekitar 10 SD
(lima di Karimun, tiga di Kemujan dan masing-masing satu di Parang
dan Genting), Karimunjawa
juga memiliki satu SMP,
Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan SMK
Negeri jurusan Budidaya Rumput Laut serta Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan yang merupakan sekolah gratis, serta satu Madrasah
Aliyah di Kemujan. Terdapat 8 TK yang tersebar di 3
desa, TK tersebut semuanya adalah milik swasta. Di Kecamatan Karimun
Jawa juga sudah di dirikan PAUD jumlahnya 4 buah yaitu PAUD Akhlakhul
Karimah, PAUD Permata gunda 1, PAUD permata Gunda 2, PAUD Lukmanul
Hakim. Rata-rata 1 PAUD menampung 30-40 anak.
Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) sedang digalakkan di berbagai tempat di wilayah
Indonesia. Pendidikan anak memang harus dimulai sejak dini, agar anak
bisa mengembangkan
potensinya secara optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi
lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu
pengetahuan secara optimal.
Siswa yang sebelumnya memperoleh PAUD akan sangat berbeda dengan siswa yang sama sekali tidak tersentuh PAUD baik informal maupun nonformal. Ibarat jalan masuk menuju pendidikan dasar, PAUD memuluskan jalan itu sehingga anak menjadi lebih mandiri, lebih disiplin, dan lebih mudah mengembangkan kecerdasan majemuk anak.
Siswa yang sebelumnya memperoleh PAUD akan sangat berbeda dengan siswa yang sama sekali tidak tersentuh PAUD baik informal maupun nonformal. Ibarat jalan masuk menuju pendidikan dasar, PAUD memuluskan jalan itu sehingga anak menjadi lebih mandiri, lebih disiplin, dan lebih mudah mengembangkan kecerdasan majemuk anak.
Pemerintah
harus lebih tanggap pada fenomena tersebut, karena dengan
memperbolehkan anak masuk SD tanpa melalui TK berarti telah
mengabaikan suatu pendidikan di usia dini yang paling dasar bagi
anak. Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada
PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan
kemampuan yang lebih beragam. Kebijakan pemerintah kabupaten akan
ikut menentukan nasib anak serta kualitas anak di masa depan.
Masa
depan yang berkualitas tidak datang dengan tiba-tiba, oleh karena itu
lewat PAUD kita pasang pondasi
yang kuat agar di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi
sosok manusia yang berkualitas.
Di
samping pemerintah, masyarakat adalah komunitas yang sangat berperan
untuk mengembangkan PAUD. Jika kendalanya masalah biaya, masyarakat
dalam hal ini lembaga penyelenggara PAUD bisa menyiasatinya dengan
mereduksi biaya melalui kreativitas membuat alat peraga sendiri,
menghilangkan kewajiban seragam, serta memenuhi gizi
anak-anak PAUD melalui program pemerintah.
Alternatif
lain PAUD bisa diselenggarakan oleh kelompok
perempuan di masyarakat, dengan membekali diri melalui pelatihan
PAUD (banyak organisasi/LSM yang bersedia mmeberikan pelatihan
cuma-cuma). Mereka bisa bergantian menjadi pendamping anak-anak pada
PAUD. Tentu saja untuk menerapkan ide ini diperlukan inisiasi
pemerintah untuk menyosialisasikan serta memberdayakan masyarakat
terutama di daerah
terpencil.
PAUD
nonformal khusus seperti Taman Pendidikan Alquran juga bisa
diintegrasikan dengan PAUD umum yang bertujuan mengoptimalkan
pengembangan kecerdasan majemuk anak.
Namun
terdapat permasalahan dalam penyelenggaraan dan peningkatan kualitas
PAUD di kecamatan Karimun Jawa. Hal itu disebabkan karena :
- Permasalahan pada pendidik yaitu : Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar, Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi. Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran, Kurang memahami karakteristik anak, Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
- Anak usia dini terfokus pada area tertentu. Untuk daerah di pulau-pulau terpencil belum terjamah. Contohnya saja di Kampung Legong Boyo dan Alang-alang serata beberapa tempat lainnya terdapat anak usia dini yang cukup untuk membentuk kelompok kegiatan layanan baru tetapi letaknya sangat terpencil dan tidak didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik yang memadai.
- Pada area tertentu tingkatan usia anak sangat bervariasi sehingga menyulitkan pengelompokan dalam membentuk kegiatan layanan.
- Keterbatasan daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang mencukupi.
- PAUD belum populer di kalangan masyarakat khususnya di Pulau Genting. Pada dasarnya masyarakat Pulau Genting setuju jika dibuka program PAUD baru namun kendala utama yang dihadapi adalah kekurang fahaman prosedur perintisan dan minimnya sosialisasi program PAUD nonformal. Hanya 8 % saja rensponden dari pulau genting yang memahami prosedur pelaksanaan PAUD.
HOMESCHOOLING
: Alternatif Pengganti Sekolah Formal di
Karimun Jawa
Pengertian
homeschooling secara umum adalah model pendidikan alternatif, atau
proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur, dan terarah
yang dilakukan orangtua, keluarga, dan lingkungan yang terlibat
langsung dalam penyelenggaraan dan proses pembelajarannya. Sehingga,
anak dapat mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuannya. Orangtua
menganggap homeschooling lebih aman karena dapat memantau
perkembangan minat dan bakat si anak secara langsung.
Alternatif
ini memberikan kesempatan pada anak untuk belajar apa saja yang
diminati, belajar di mana saja yang disukai, belajar kapan saja yang
diinginkan dan belajar dari siapa saja yang mencerahkan. Karena
belajar itu hak, bukan kewajiban. Belajar itu menyenangkan, bukan
membebani.
Model
pendidikan ini justru sangat tepat menjadi alternatif untuk daerah
pulau-pulau kecil di kepulauan Karimunjawa seperti di pulau Nyamuk,
dan pulau Genting yang belum ada satu pun SMP dan sekolah formal yang
sederajat dengan itu, serta pulau-pulau lain yang belum tersedia
lembaga / sekolah formal mulai dari PAUD sampai SMU. Terlebih jika
memperhatikan kecenderungan para perantau pekerja wisata yang
mengajak anak-anaknya tinggal bersama di asrama pemilik resort,
cottage, bungalow, villa yang tersebar di pulau-pulau kecil seperti
pulau Menyawakan, pulau Tengah, Sambangan, Geleang, dsb. Dalam
kondisi bagaimana pun dan di mana pun, anak harus mendapatkan
pendidikan. Membiarkan mereka begitu saja sama halnya menelantarkan
anak. Pendidikan anak dalam kondisi dan tempat seperti ini jangan
ditafsirkan secara normatif, dalam arti, si anak tidak harus keluar
dari rumah, bertemu gedung yang bernama sekolah lalu kemudian menyatu
dengan kehidupan sosial di sekolah. Seandainya anak-anak memang tidak
mampu ke sekolah umum, maka homeschooling mampu menjadi sarana untuk
menyelamatkan martabat mereka sebagai seorang anak. Kelak ketika
mereka bertemu dengan anak-anak seusianya, maka pemikiran mereka
bisa tetap sama.
Sekolah
formal masih tepat untuk mengembangkan dan melatih psiko sosial anak,
namun dalam kondisi sedemikian rupa homeschooling dianggap
lebih baik daripada anak tidak mendapatkan pendidikan sama sekali.
Hanya saja yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana membuat
homeschooling tetap setara dan menyajikannya sesuai porsi, karena ini
penting untuk mencegah anak-anak merasa terasing. Peran orangtua
selain bekerja pada majikan harus mengatur jadwal dan
menentukan perkembangan anak dari waktu ke waktu. Tentu hal ini
bukanlah hal yang mudah. untuk itu diperlukan suatu pengetahuan yang
lengkap tentang bagaimana mengelola homeschooling, bagaimana
kurikulumnya, bahan dan sumber belajar, teknik dan metode
pembelajarannya.
Beberapa
metode dari berbagai sumber yang biasa diterapkan dalam homescooling
adalah:
1.
Metode klasik homeschooling Tahap pertama dari metode ini dimulai
ketika siswa memelajari cara belajar dan mengasah kemampuan untuk
mengingat banyak hal. Tahap selanjutnya, sudah ada sambungan yang
mulai tercipta dari fakta-fakta yang sudah dipelajari. Tahap ketiga,
ketika siswa sudah bisa menggunakan sambungan dari fakta-fakta, bisa
merumuskan dan mengartikulasikan fakta tersebut dengan pendapatnya
sendiri.
Metode
ini baik digunakan jika Anda : a. terstruktur; b. memiliki keinginan
untuk mengevaluasi cara belajar anak Anda berdasarkan standar
akademik;
c.
melihat nilai dari pendidikan yang menempatkan keutamaan pada
kata-kata tertulis, baik dalam membaca dan menulis; d. ingin
berkonsentrasi pada sastra klasik barat sebagai alat untuk
mengembangkan pemikirian kritis; e. memiliki anak yang berorientasi
akademis
2.
Metode Charlotte Mason Charlotte Mason adalah seorang pendidik
Inggris yang metode pengajarannya menggunakan metode yang unik.
Banyak homeschoolers menggunakan metode tersebut untuk mengajar
putra-putrinya. Kenapa? a. pelajarannya relatif singkat; b. membuat
narasi (dalam bentuk tulisan maupun lisan tergantung pada usia anak);
c. memiliki ujian (ujian dilakukan mengambil teori yang sudah
dipelajari selama 12 minggu); d. memelajari gambar; e. memelajari
musik; f. mempelajari peta, g. memiliki banyak subjek pelajaran.
3.
Metode berbasis computer
Metode
homeschooling menggunakan komputer menjadi lebih populer. Ada
peningkatan varietas bagaimana siswa menggunakan komputer sebagai
sarana homeschooling mereka. Kurikulum menggunakan komputer memiliki
CD atau DVD sebagai sarananya. Selain itu, bisa juga mengambil
kelas gratis secara online. Jadi, anak dibebaskan untuk memilih yang
ia sukai.
Beberapa
keuntungan menggunakan homeschooling berbasis komputer: a. melihat
nilai menggunakan teknologi modern dan tidak memiliki kekhawatiran
berlebih dalam penggunaannya; b. harus menemukan cara untuk tidak
banyak terlibat dalam proses sehari-hari. Namun, Anda harus selalu
ada jika dibutuhkan untuk memberi bantuan dan bimbingan umum; c.
harus mempunyai anak yang senang bekerja dengan kecepatan dan
menggunakan komputer.
4.
Metode elektik Seperti namanya, dalam metode ini orangtua cenderung
menggunakannya berbagai metode homeschooling yang tergantung pada
kebutuhan anak. Daripada terhambat dengan satu filosofi atau satu
metode, lebih baik mengambil sedikit dari berbagai metode.
Namun,
metode ini bersifat umum dan baik dilaksanakan jika Anda: a. tidak
berkeberatan untuk mencari bahan yang sesuai dengan minat anak Anda;
b. tidak keberatan untuk mengikuti gaya dan urutan serta tidak senang
menggabung beberapa kurikulum; c. melihat nilai dengan menggunakan
berbagai kurikulum dan metode homeschooling yang berbeda. Karena
dengan melihat banyak metode homeschooling membuat Anda bisa memilih
metode terbaik bagi anak Anda; d. memiliki anak yang fleksibel dalam
melakukan pembelajaran.
5.
Metode textbook atau sekolah tradisional Metode homeschooling
berbasis model pada ide tradisional dari sebuah sekolah dengan
menggunakan workbook atau buku pelajaran. Belajar dengan menggunakan
buku yang digunakan di sekolah mengurangi potensi kesenjangan antara
pelajaran yang dipelajari siswa.
Metode
ini baik dilaksanakan jika Anda: a. ingin anak Anda belajar materi
yang sama dengan yang diajarkan di sekolah; b. memelajari cara
belajar di sekolah dan anak Anda ingin melakukannya; c. ingin anak
Anda dapat menjawab soal dengan baik seperti mengisi titik dibawah
ini atau puzzles; d. metode ini memiliki ide yang pasti tentang
konten apa saja yang ingin anak Anda pelajari.
6.
Metode independen atau belajar sendiri Di dalam metode homeschooling
independen, orangtua membantu anak untuk belajar cara belajar,
kemudian secara bertahap anak akan menggunakan alat-alat membaca,
menulis, aritmatika sendirian. Orangtua tidak hadir untuk mengajar,
tetapi lebih untuk membantu anak dalam proses mengembangkan keyakinan
agar anak bisa belajar sendiri.
Metode
ini bisa berhasil jika Anda: a. ingin anak Anda mengembangkan
kemampuan untuk belajar sendiri; b. melihat anak Anda mengembangkan
keterampilan belajar yang baik selain bantuan keterlibatan Anda; c.
Lebih suka memiliki anak yang mengembangkan strategi belajar yang
baik dan manajemen waktu sendiri daripada bertanggungjawab kepada
orang lain di luar keluarga.
Selain
metode di atas hendaknya orangtua memastikan punya cukup waktu untuk
menemani anak, membuat sendiri kurikulum, mengadministrasikan
penyelenggaraan secara disiplin sama dengan sekolah reguler seperti
menyimpan sendiri catatan perkembangan dan nilai anak, absensi hadir,
karya-karya anak, nilai-nilai tes, dan jurnal pembelajaran dan batas
pelajaran.
DILIHAT
DARI SEGI PENDIDIK
Permasalahan
yang membuat para guru dan PNS yang bertugas di daerah ini bukan saja
soal kesejahteraannya saja, perumahan dinas dan alat transportasi
merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Minimnya
sarana ini tampak jelas setelah mendapatkan keluhan dari para guru
SD yang baru saja diterjunkan ke daerah
ini.
Dan
juga adapun permasalahan-permasalahan dalam peningkatan kualitas
proses pembelajaran :
- Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
- Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
- Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
- Kurang memahami karakteristik anak.
- Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
- Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.
Tetapi
disisi lain pemerintah Pemerintah
melalui Kemendikbud telah
mengupayakan kesejahteraan pendidik melalui
program baru yang diperuntukan bagi guru wiyata bakti yang telah
mengabdi
sekurang-kurangnya
1 tahun di daerah terpencil. Program ini bernama Sarjana Mendidik
di Daerah Terpencil Terluar Tertinggal (SM3T). Program SM3T
pelaksanaannya di bawah Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Sebenarnya
beberapa daerah terpencil seperti Karimunjawa bukanlah kekurangan
tenaga guru, banyak sarjana dan lulusan LPTK di sana. Hanya saja
pihak-pihak yang memfasilitasi putra daerah untuk mengikuti program
ini belum maksimal. Sehingga banyak diantara guru honorer yang
ber-IPK tinggi di wilayah kepulauan ini sama sekali belum mengetahui
program tersebut. Dari sinilah hendaknya Pemkab lebih berperan aktif
mensosialisasikan, melakukan rekruetmen, dan memfasilitasi
pendaftaran ke LPTK. Jika peserta PPGT berasal dari luar daerah 3T,
kewajiban Pemkab justru hingga sampai pada tingkat mengirim peserta
ke tiap-tiap sekolah yang dituju. Bahkan bila mana perlu menyiapkan
Kartu Tanda Penduduk bagi peserta, karena peserta tidak tinggal
sehari-dua hari tetapi setahun.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
- KESIMPULAN
Melalui
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan yang diadakan
jurusan PLS UNNES
ini, dapat mengetahui tentang kebutuhan-kebutuhan belajar masyarakat
Karimun Jawa. Yang disini Kepulauan
Karimun Jawa merupakan
salah satu
daerah yang kaya akan potensi sumberdaya alamnya, di sana juga
sebagai salah satu sektor pariwisata yang sangat indah dan masih
terjaga. Banyak sekali daerah yang perlu dikembangkan untuk dapat
memajukan daerah tersebut tetapi berkesinambungan dengan kelestarian
lingkungannya. Untuk itu masyarakat perlu di berikan arahan,
dorongan dan pelatihan serta fasilitas untuk lebih mengembangkan
wilayah Karimun Jawa.
Selain
itu, pendidikan sejak dini perlu juga ditanamkan dalam masyarakat
karimun jawa, serta pendidikan tentang kepariwisataan perlu
ditingkatkan karena ke depan Kaarimun Jawa akan menjadi salah satu
obyek wisata yang patut di perhitungkan karena keindahan alamnya. Di
samping tentang pendidikan, fasilitas-fasilitas serta pembangunan di
Karimun Jawa juga perlu di perbaiki dan tingkatkan untuk menambah
kenyaman para turis.
- SARAN
Pemerintah
sebaiknya lebih memperhatikan kesejahteraan pendidik di daerah
Karimun Jawa, karena peningkatan kesejahteraaan pendidik akan
meningkatkan pula kualitas pendidik serta peserta didik. Peningkatan
pembangunan serta fasilitas-fasilitas juga seharusnya menjadi PR
untuk pemerintah, karena walaupun Karimun Jawa termasuk wilayah
terpencil, tetapi Karimun Jawa adalah salah obyek wisata yang patut
di perhitungkan sehingga akan lebih menambah daya tarik pengunjung
pulau Karimun Jawa.
lampiran
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar