LAPORAN
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN BELAJAR
MASYARAKAT
KEPULAUAN KARIMUNJAWA
Disusun
oleh
Febrina
WAP 1201412009
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Ada
tiga aspek kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat. (1) pendidikan dan kesehatan, (2) kesempatan
kerja dan memperoleh pendapatan, (3) peluang berpartisipasi dalam
pembangunan. Belajar adalah salah satu bentuk upaya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Belajar merupakan hal yang sudah biasa
kita dengar namun terkadang sulit untuk menafsirkan, terlebih untuk
mengaplikasikannya. Hal ini terbukti bahwa kita ternyata lebih sering
belajar karena perintah seseorang, bukan karena keinginan dan
kebutuhan diri sendiri. Belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Adanya
perubahan ke arah positif merupakan indikator bahwa seseorang telah
belajar. Proses belajar sepatutnya merupakan aktivitas yang
disadari, disengaja berdasarkan keinginan dan kebutuhan
seseorang sehingga tidak ada unsur pemaksanaan. Setiap orang memiliki
kebutuhan yang berbeda, sehingga diperlukan teknik yang tepat untuk
menemukan kebutuhan belajar seseorang. Menemukenali adalah menemukan
dan mengenali, artinya tidak hanya proses menemukan kebutuhan
belajar, tetapi mengenali kebutuhan sasaran karena terkadang
kebutuhan belajar tidak terungkap secara jelas sehingga butuh proses
lebih lama untuk dapat mengenali kebutuhan masyarakat sasaran.
- RUMUSAN MASALAH
- Apa saja yang dibutuhkan warga Karimunjawa untuk memenuhi kebutuhan belajarnya?
- Apakah fasilitas-fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar sudah mumpuni?
- Bagaimana kegiatan belajar di Karimunjawa berlangsung?
- Apa yang harus diperbaiki pada sistem pendidikan di Karimunjawa?
BAB II
PEMBAHASAN
Karimunjawa adalah
kepulauan di Laut
Jawa yang
termasuk dalam Kabupaten
Jepara,
Jawa
Tengah.
Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare,
Karimunjawa kini
dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak
digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Karimunjawa berpenduduk
lebih dari 8.000 jiwa di lima pulau yang berpenghuni. Tiga suku utama
yang menghuni Karimunjawa adalah suku
Jawa yang
bertani dan memproduksi alat kebutuhan rumah tangga, suku
Bugis yang
adalah pelaut andal sehingga berprofesi sebagai nelayan, dan suku
Madura yang
juga berprofesi sebagai nelayan tetapi memiliki kelebihan membuat
ikan kering.
Pendidikan
di Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU.
Selain memiliki sekitar 10 SD (lima
di Karimun, tiga di Kemujan dan masing-masing satu di Parang dan
Genting), Karimunjawa juga
memiliki satu SMP, Madrasah
Tsanawiyah (MTs),
dan SMK Negeri
jurusan Budidaya Rumput Laut serta Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan yang merupakan sekolah gratis, serta satu Madrasah
Aliyah di
Kemujan.
Pendidikan
di Karimunjawa cukup memadai untuk melayani masyarakat di sekitarnya,
namun masalahnya hanya pada Pendidikan Anak Usia Dini. PAUD di
Karimunjawa keadaannya cukup mengkhawatirkan, di Karimunjawa
mengalami kekurangan pendidik dan fasilitas maupun sarana dan
prasarana untuk tingkat PAUD ini. Daya tampung peserta didik untuk
tingkat PAUD berkisar sekitar 135 anak untuk mencakup lima pulau
penting di Kepulauan Karimunjawa. Sedangkan anak yang masuk pada usia
dini yang seharusnya dapat menempuh tingkat pendidikan ini adalah
sekitar 659 anak. Untuk anak yang sudah masuk pada tingkat pendidikan
ini berjumlah 168 anak, jadi total anak yang belum dapat menikmati
pendidikan anak usia dini berjumlah 491 anak. Pada pendidik sendiri
hanya ada 6 orang dengan 1 orang lulusan S1, 2 orang lulusan DII dan
3 orang hanya lulusan SLTA. Dengan rincian guru pengajar berjumlah 2
orang, guru pendamping 2 orang dan sisanya pengasuh.
Permasalahan
dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran PAUD :
- Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
- Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
- Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
- Kurang memahami karakteristik anak.
- Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
- Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.
Permasalahan
dalam merintis penyelenggaraan Program PAUD baru jalur pendidikan
nonformal
- Anak usia dini terfokus pada area tertentu.
- Pada area tertentu tingkatan usia anak sangat bervariasi sehingga menyulitkan pengelompokan dalam membentuk kegiatan layanan.
- Di Kampung Legong Boyo dan Alang-alang serata beberapa tempat lainnya terdapat anak usia dini yang cukup untuk membentuk kelompok kegiatan layanan baru tetapi letaknya sangat terpencil dan tidak didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik yang memadai.
- Keterbatasan daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang mencukupi.
- PAUD belum populer di kalangan masyarakat khususnya di Pulau Genting.
- Pada dasarnya masyarakat Pulau Genting setuju jika dibuka program PAUD baru namun kendala utama yang dihadapi adalah kekurangfahaman prosedur perintisan dan minimnya sosialisasi program PAUD nonformal.
- Fakta lain menunjukkan bahwa hanya 8% dari responden di Pulau Genting yang mengetahui prosedur penyelenggaraan PAUD.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Jadi
Pendidikan di Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU,
hanya saja pada tingkat PAUD memang ada kendala. Bukan hanya pada
sarana prasarana maupun fasilitas tetapi juga pada jumlah pendidik
yang belum mencukupi untuk mengajar seluruh anak usia dini yang ingin
bersekolah di PAUD, ada juga tidak sedikit anak usia dini yang belum
masuk pendidikan anak usia dini karena keterbatasan biaya dan ada
juga yang memang orang tua yang belum begitu paham pentingnya
pendidikan anak usia dini untuk anak
lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar