Jumat, 28 Juni 2013

Laporan febrina WAP 1201412009


LAPORAN
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR
MASYARAKAT KEPULAUAN KARIMUNJAWA

Disusun oleh
Febrina WAP 1201412009








PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Ada tiga aspek kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. (1) pendidikan dan kesehatan, (2) kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan, (3) peluang berpartisipasi dalam pembangunan. Belajar adalah salah satu bentuk upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Belajar merupakan hal yang sudah biasa kita dengar namun terkadang sulit untuk menafsirkan, terlebih untuk mengaplikasikannya. Hal ini terbukti bahwa kita ternyata lebih sering belajar karena perintah seseorang, bukan karena keinginan dan kebutuhan diri sendiri. Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.  Adanya perubahan ke arah positif merupakan indikator bahwa seseorang telah belajar.  Proses belajar sepatutnya merupakan aktivitas yang disadari, disengaja berdasarkan keinginan dan kebutuhan  seseorang sehingga tidak ada unsur pemaksanaan. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga diperlukan teknik yang tepat untuk menemukan kebutuhan belajar seseorang. Menemukenali adalah menemukan dan mengenali, artinya tidak hanya proses menemukan kebutuhan belajar, tetapi mengenali kebutuhan sasaran karena terkadang kebutuhan belajar tidak terungkap secara jelas sehingga butuh proses lebih lama untuk dapat mengenali kebutuhan masyarakat sasaran.

  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa saja yang dibutuhkan warga Karimunjawa untuk memenuhi kebutuhan belajarnya?
  2. Apakah fasilitas-fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar sudah mumpuni?
  3. Bagaimana kegiatan belajar di Karimunjawa berlangsung?
  4. Apa yang harus diperbaiki pada sistem pendidikan di Karimunjawa?


BAB II
PEMBAHASAN

Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang termasuk dalam Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Karimunjawa berpenduduk lebih dari 8.000 jiwa di lima pulau yang berpenghuni. Tiga suku utama yang menghuni Karimunjawa adalah suku Jawa yang bertani dan memproduksi alat kebutuhan rumah tangga, suku Bugis yang adalah pelaut andal sehingga berprofesi sebagai nelayan, dan suku Madura yang juga berprofesi sebagai nelayan tetapi memiliki kelebihan membuat ikan kering.
Pendidikan di Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU. Selain memiliki sekitar 10 SD (lima di Karimun, tiga di Kemujan dan masing-masing satu di Parang dan Genting), Karimunjawa juga memiliki satu SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMK Negeri jurusan Budidaya Rumput Laut serta Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan yang merupakan sekolah gratis, serta satu Madrasah Aliyah di Kemujan.
Pendidikan di Karimunjawa cukup memadai untuk melayani masyarakat di sekitarnya, namun masalahnya hanya pada Pendidikan Anak Usia Dini. PAUD di Karimunjawa keadaannya cukup mengkhawatirkan, di Karimunjawa mengalami kekurangan pendidik dan fasilitas maupun sarana dan prasarana untuk tingkat PAUD ini. Daya tampung peserta didik untuk tingkat PAUD berkisar sekitar 135 anak untuk mencakup lima pulau penting di Kepulauan Karimunjawa. Sedangkan anak yang masuk pada usia dini yang seharusnya dapat menempuh tingkat pendidikan ini adalah sekitar 659 anak. Untuk anak yang sudah masuk pada tingkat pendidikan ini berjumlah 168 anak, jadi total anak yang belum dapat menikmati pendidikan anak usia dini berjumlah 491 anak. Pada pendidik sendiri hanya ada 6 orang dengan 1 orang lulusan S1, 2 orang lulusan DII dan 3 orang hanya lulusan SLTA. Dengan rincian guru pengajar berjumlah 2 orang, guru pendamping 2 orang dan sisanya pengasuh.
Permasalahan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran PAUD :
  • Kualifikasi ijazah guru belum memenuhi standar.
  • Semua guru PAUD nonformal belum memiliki sertifikat kompetensi.
  • Kurang memahami teknik menyusun rencana pembelajaran.
  • Kurang memahami karakteristik anak.
  • Kurang memahami teknik penilaian proses hasil belajar.
  • Banyaknya alat permainan belum sesuai dengan jumlah anak.
Permasalahan dalam merintis penyelenggaraan Program PAUD baru jalur pendidikan nonformal
  • Anak usia dini terfokus pada area tertentu.
  • Pada area tertentu tingkatan usia anak sangat bervariasi sehingga menyulitkan pengelompokan dalam membentuk kegiatan layanan.
  • Di Kampung Legong Boyo dan Alang-alang serata beberapa tempat lainnya terdapat anak usia dini yang cukup untuk membentuk kelompok kegiatan layanan baru tetapi letaknya sangat terpencil dan tidak didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik yang memadai.
  • Keterbatasan daya tampung layanan kegiatan PAUD yang sudah ada belum memungkinkan untuk membuka layanan baru karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang mencukupi.
  • PAUD belum populer di kalangan masyarakat khususnya di Pulau Genting.
  • Pada dasarnya masyarakat Pulau Genting setuju jika dibuka program PAUD baru namun kendala utama yang dihadapi adalah kekurangfahaman prosedur perintisan dan minimnya sosialisasi program PAUD nonformal.
  • Fakta lain menunjukkan bahwa hanya 8% dari responden di Pulau Genting yang mengetahui prosedur penyelenggaraan PAUD.



BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Jadi Pendidikan di Karimunjawa sudah menjangkau sampai tingkat SMU, hanya saja pada tingkat PAUD memang ada kendala. Bukan hanya pada sarana prasarana maupun fasilitas tetapi juga pada jumlah pendidik yang belum mencukupi untuk mengajar seluruh anak usia dini yang ingin bersekolah di PAUD, ada juga tidak sedikit anak usia dini yang belum masuk pendidikan anak usia dini karena keterbatasan biaya dan ada juga yang memang orang tua yang belum begitu paham pentingnya pendidikan anak usia dini untuk anak

lampiran


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar